Ada yang masih ingat apa itu Retorika? Penulis akan flashback pada pengertian Retorika.
Jadi, secara filosofis, retorika dapat ditelusuri berdasarkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Filsuf Aristoteles menegaskan bahwasanya emosi manusia dapat bervariasi serta dapat dipergunakan oleh seorang orator atau pembicara untuk mempengaruhi audiensnya.
Perkembangan retorika diawali dari pengembaraan kaum sofis Yunani, sebagai ilmu berbicara yang dapat dipelajari dengan penekanan pada seni berbicara. Public speaking menekankan pada efektivitas pesan yang dapat diterima audiens.
Retorika dapat digunakan dalam bidang profesi, politik dan lain-lainnya. Salah satu yang termasuk ke dalam bidang profesi, yaitu bidang pendidikan (Guru dan Dosen).
Berdasarkan judul yang penulis tulis “Dinamika Hubungan Antara Retorika dengan Guru”
Ada apa antara retorika dan guru? Apa yang menjadi penyebab dinamika antara Retorika dan Guru? Mengapa Retorika dan Guru saling berkaitan?
Sebelum memasuki pembahasan mengenai retorika dan guru, apa itu guru?
Guru merupakan sesosok pahlawan jika dilihat dari mata busuk akan dianggap kecil atau remeh, sementara jika dilihat dari mata fresh akan dianggap pahlawan tanpa tanda jasa. Sebab, guru dikenal sebagai profesi yang mudah dan tidak berat, justru disitulah letak beratnya.
Jika dalam bahasa Jawa, singkatan guru adalah diguguh lan ditiru. Guru merupakan seorang pendidik profesional dengan tugas utamanya, yakni; mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, serta mengevaluasi pembelajaran.
Menjadi guru bukan sebuah hal yang mudah dilakukan oleh semua orang. Mengapa begitu? Ada pepatah mengatakan bahwasanya “menjadi guru itu panggilan hati” Sebab, tidak semua orang memiliki sifat telaten, sabar, serta kuat mental.
Profesi guru itu bukan sekedar mengajar aja, akan tetapi mendidik. Nah, dari mendidik ini mental semua guru diuji. Mungkin di era sekarang menjadi guru adalah tantangan untuk Gen Z. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan zaman, terlebih yang Gen Z hadapi adalah Gen Alpha dan Gen Beta.
Guru dapat disebut dengan profesional, jika guru tersebut telah mengikuti Pendidikan Pra Profesi atau disingkat PPG. PPG dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Pendidikan Pra Profesi Pra Jabatan (PPG Prajab)
Merupakan PPG yang dilaksanakan sebelum mengajar atau bekerja di sekolah-sekolah. Lebih mudahnya ketika lulus kuliah (fresh graduate) langsung mengikuti PPG. Nah itulah yang disebut dengan PPG Prajab.
2. Pendidikan Pra Profesi Dalam Jabatan (PPG Daljab)
Merupakan PPG yang dilaksanakan sesudah atau telah mangajar atau bekerja di sekolah-sekolah. Intinya, mengikuti PPG ketika mengajar.
Sesuai paparan di atas, guru yang telah melaksanakan PPG akan menyandang gelar S.Pd., Gr.,
Dengan mengikuti PPG, guru dapat meningkatkan ketrampilan dalam mengajar. Intinya, mengikuti PPG bertujuan untuk meningkatkan skill utama guru. Terutama skill dalam menyampaikan materi (mengajar).
Mengapa guru harus mengasah ketrampilan mengajar? serta Mengapa guru harus menguasai materi? Kedua pola tersebut berhubungan erat. dengan retorika.
Mengingat bahwasanya banyak guru yang tidak dapat menyampaikan materi dengan benar, tepat dan efesien. Ada beberapa karakter guru dalam mengajar, salah satunya menguasai materi akan tetapi tidak dapat menyampaikan. Sebaliknya tidak menguasai materi akan tetapi dapat menyampaikannya.
Guru akan dipandang cerdas, pintar, serba bisa itu dapat dilihat dari segi menyampaikan materi. Anak-anak condong kepada public speaking.
Hal ini dapat dilihat jika retorika memiliki peran penting bagi guru. Guru perlu mengembangkan ketrampilan berbicara.
Keterampilan mengajar atau menyampaikan materi merupakan kemampuan yang dimana menunjukkan skill dalam berbicara di depan audiens (anak-anak).
Guru wajib beretorika bukan sekedar untuk menjadi pembual atau memanipulasi peserta didik, melainkan sebagai syarat utama dalam melaksanakan tugas utama seorang guru, yakni mengajar. Sebab, pada dasarnya mengajar merupakan kegiatan persuasif atau mengjak peserta didik dalam berpikir kritis. Serta komunikasi yang bertujuan untuk menginspirasi perubahan pola pikir peserta didik.
Secara sederhana, retorika merupakan ilmu berkomunikasi secara efektif untuk meyakinkan, memengaruhi, dan menggerakkan peserta didik. Tanpa kemampuan retorika yang baik, seorang guru mungkin hanya menjadi “penyampai informasi” bukan “pendidik”.
Hal itu disebabkan karena guru tidak memiliki kemampuan dalam menyampaikan atau memengaruhi peserta didik. Dampak dari penyebab tersebut, peserta didik tidak ada dorongan motivasi belajar, peserta didik akan pasif bahkan malas ketika pembelajaran. Peserta didik juga akan menjadi tidak tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru.
Rhetoric atau seni berbicara secara efektif dan persuasif, memegang peranan penting atau fundamental bagi seorang guru. Jauh sebelum dikatakan omong kosong atau manipulasi, yang dimana menyokong citra sebagai seorang guru, retorika berfungsi sebagai perangkat esensial yang membedakan antara guru yang hanya mentransfer informasi dengan pendidik yang mendidik, menginspirasi, memotivasi, dan mengubah pemahaman siswa.
Jadi, fungsi retorika bagi guru untuk menyelaraskan atau mengimbangkan kemampuan mengajar. Dimana guru saat menyampaikan materi membutuhkan retorika (ilmu berbicara) untuk mempermudah peserta didik dalam menerima, meneelah, memahami materi yang disampaikan guru.
Tidak hanya itu saja, dengan adanya retorika waktu pembelajaran menjadi efesien dan efektif. Serta, tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal. Jika, guru tidak dapat beretorika maka materi yang disampaikan akan belibet, lana, dan tidak langsung pada tujuan (point-point). Intinya, proses belajar mengajar di dalam kelas adalah bentuk tindakan dari beretorika.
Kesimpulan
Beretorika wajib dimiliki seorang guru, sebab ini merupakan fundamental yang harus dipegang atau jadi pegangan semua guru. Tujuannya ntuk memberdaya, atau memersuasi, memengaruhi peserta didik dalam mental psikis ataupun fisik, motivasi belajar, bakat, minat dan lain-lainnya.
Sisi positif dalam beretorika bagi guru adalah dapat memanfaatkan waktu atau dapat mengonsep materi lewat berbicara atau ilmu berbicaranya atau public speaking. Tujuannya agar waktu pembelajaran tidak merasa kurang dan tujuan pembelajaran tercapai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI