Mohon tunggu...
Lentera Pustaka
Lentera Pustaka Mohon Tunggu... Pegiat Literasi dan Taman Bacaan

Pegiat literasi yang peduli terhadap gerakan literasi dan taman bacaan untuk pendidikan anak-anak kampung. Hanya untuk berbuat baik dan menebar manfaat melalui buku-buku bacaan. Bermukim di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, penuh komitmen dan konsistensi dalam berliterasi di akar rumpt. Penulis buku "31 Relawan Menulis untuk Literasi" dan "Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan". Salam literasi ya ..!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Taman Bacaan Bertumpu Realitas, Bila Pola Sama Hasilnya Tetap Sama Aja

7 Oktober 2025   10:35 Diperbarui: 7 Oktober 2025   10:32 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
aktivitas taman bacaan (Sumber: tbm lentera pustaka)

Logika atau pikiran hebat yang hanya hidup di kepala tanpa pernah diuji di dunia nyata ibarat pisau tajam yang disimpan di lemari. Keluarlah dan gunakan logika untuk eksekusi di lapangan. Ubah pikiran hebat jadi aksi nyata. Wujudkan keindahan teori jadi praktik. Begitulah spirit literasi di zaman now.

Biar bagaimanapun literasi dan taman bacaan memang harus berpijak di bumi. Tentang apa yang terjadi dan dilakukan di lapangan. Literasi harus terhubung dengan realitas. Sebab realitas itulah yang jadi konteks, bisa dilihat konsistensi pengelola literasi, bagaimana masyarakat membaca, apa yang dibutuhkan, dan tantangan apa yang dihadapi? Bila mengacu pada realitas, maka kegiatan literasi dan taman bacaan bisa lebih relevan dan bermanfaat.

Penting menjaga keterhubungan literasi dengan realitas. Agar membuat literasi punya daya ubah, agar taman bacaan bisa berdampak nyata untuk masyarakat. Karena sejatinya, literasi dan taman bacaan memang harus dibesarkan dari realitas, dari akar rumput. Bukan dari ruang ber-AC atau seminar. Hanya literasi yang hidup di tengah masyarakat itulah yang mampu mendorong indeks literasi dan kegemaran membaca di masyarakat.

Suka tidak suka, program literasi dan taman bacaan hanya bisa berdampak dan terasa manfaat bila sifatnya kontekstual dan berorientasi praktik baik. Ada mobilisasi warga untuk membaca dan mau ke taman bacaan. Literasi yang memberi ruang kreasi anak-anak di samping memberi kesempatan untuk tahu Entang literasi digital atau literasi finansial. Bahkan lebih dari itu, literasi harus mau mengajari baca tulis kaum buta aksara dan konsisten sediakan akses membaca melalui motor baca keliling. Komitmen literasi itulah yang masih dijunjung tinggi hingga kini oleh TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Tetap menggiatkan aktivitas taman bacaan di akar rumput selama 6 hari dalam seminggu, padat merayap yang didukung 18 relawan aktif untuk menjalankan 15 program literasi yang ada.

Literasi dan taman bacaan memang harus beda, harus lebih kreatif. Agar tidak berhenti pada narasi pentingnya membaca buku. Tapi harus mampu menembus ruang-ruang nyata dalam kehidupan: untuk selalu membimbing dan mengajak anak-anak membaca, bertindak lebih nyata dan selalu evaluasi apa dampaknya buat masyarakat?

Sebab saat literasi dan taman bacaan melakukan pola-pola yang sama, maka hasilnya pasti tetap sama. Literasi dan taman bacaan memang harus beda. Salam literasi!

anak-anak yang membaca (Sumber: tbm lentera pustaka)
anak-anak yang membaca (Sumber: tbm lentera pustaka)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun