Mohon tunggu...
Leni Mathavani
Leni Mathavani Mohon Tunggu... Narratives with integrity. Insights with impact.

Penulis dan Psikolog yang merangkai cerita ringan dengan sentuhan psikologi, refleksi kerja, dan keheningan sehari-hari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hobi Tanpa Batas, Kebahagiaan Tiada Henti

18 Oktober 2025   06:15 Diperbarui: 18 Oktober 2025   10:48 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap Sabtu pagi, Alexa memulai harinya dengan satu ritual kecil: membuka jendela kamar utama, membiarkan cahaya pagi masuk, lalu menyeduh teh lemon hangat. Di sampingnya, ia menyiapkan popcorn buatan sendiri. Tidak ada suara televisi, belum ada film yang diputar. Hanya keheningan yang memberi ruang bagi tubuh dan pikiran untuk hadir sepenuhnya.

Bagi Alexa, hobi bukan pelarian. Itu adalah strategi pemulihan, cara untuk menjaga daya tahan emosional dan fisik, di tengah ritme hidup yang menuntut kejelasan dan keteguhan. Alexa tahu, sebagai pemimpin dalam hidupnya sendiri,  perlu ruang untuk mengisi ulang,bukan untuk lari, tapi untuk kembali dengan utuh.

Pagi itu mereka jogging bersama. Tidak ada target waktu, tidak ada kompetisi. Hanya langkah-langkah yang saling menyesuaikan, napas yang diatur, dan percakapan ringan yang muncul tanpa paksaan. Di jalur yang tenang, Alexa merasakan tubuhnya kembali terhubung dengan pikirannya. Ia tidak sedang berolahraga. Ia sedang merawat ketahanan.

Setelahnya, mereka beralih ke yoga. Di ruang tamu yang disulap menjadi studio sederhana, mereka berganti posisi dengan tenang. Tidak ada musik keras, hanya suara instruksi lembut dan napas yang sinkron. Alexa menyukai momen ini, saat tubuhnya lentur, pikirannya diam, dan kehadiran terasa utuh. Ia tahu, keheningan adalah bentuk kepemimpinan emosional yang paling inklusif.

Sore harinya, mereka ke gym. Alexa memilih latihan ringan, Ia fokus pada kekuatan. Mereka tidak saling mengomentari, hanya saling mendukung. Di antara set dan jeda, ada senyum kecil yang cukup untuk mengatakan: “Aku melihatmu. Aku bersamamu.” Di ruang itu, mereka tidak sedang membentuk tubuh ideal. Mereka sedang membentuk ketahanan bersama.

Dan malam itu, seperti ritual yang tak pernah gagal, mereka masuk ke kamar utama. Lampu dimatikan sebagian. Di atas tempat tidur, ada bantal tambahan, selimut lembut, dan aroma lemon dari teh hangat buatan sendiri. Popcorn sudah siap di mangkuk kayu. Film dipilih bukan karena rating tinggi, tapi karena ingin ditonton bersama.

Mereka menonton tanpa banyak bicara. Kadang tertawa, kadang diam. Kadang saling bersandar, kadang hanya saling hadir. Di ruang itu, tidak ada tuntutan untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka. Yang ada hanya dua orang yang memilih untuk pulih, dengan cara yang sederhana, tapi bermakna.

Alexa tahu, hobi mereka tidak akan viral. Tidak akan jadi konten. Tapi ia juga tahu: di balik kesederhanaan itu, ada energi yang dijaga. Ada relasi yang dirawat. Ada kehadiran yang dipilih, bukan dipaksakan.

Karena bagi mereka, pemulihan bukan perlombaan. Dan hobi bukan panggung. Ia adalah ruang aman yang mereka ciptakan sendiri, tanpa validasi, tanpa sorotan, tapi penuh makna. Dan dalam ruang itu, kepemimpinan emosional tumbuh: tenang, inklusif, dan tahan lama.

“Kepemimpinan inklusif tidak dimulai di ruang rapat. Ia dimulai di ruang makan, di ruang tunggu, di ruang hati yang berani hadir tanpa syarat.”

Itulah penutup Seri Tentang Kita, bukan sebagai akhir, tapi sebagai undangan. Untuk pulih dengan sadar. Untuk hadir dengan utuh. Untuk memimpin, mulai dari rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun