Mohon tunggu...
Leni Mathavani
Leni Mathavani Mohon Tunggu... Narratives with integrity. Insights with impact.

Penulis dan Psikolog yang merangkai cerita ringan dengan sentuhan psikologi, refleksi kerja, dan keheningan sehari-hari

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Tea Time, dengan Teh Celup Prendjak

11 Oktober 2025   13:00 Diperbarui: 11 Oktober 2025   12:47 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Delapan tahun lalu, secangkir teh mengajari saya bahwa hal-hal yang sangat penting, bahkan confidential, bisa dibicarakan dengan tenang, santai, dan tetap tersampaikan dengan sangat baik.

Pagi itu, saya datang lebih awal dari biasanya. Ada rapat penting dengan jajaran direksi. Setelah persiapan matang sehari sebelumnya, saya tiba di kantor empat puluh lima menit lebih awal, berpakaian rapi, dan langsung menuju ruang meeting.

Di ruang yang dingin dan tertata rapi, saya menemukan dua cangkir teh telah tersaji. Uapnya masih mengepul. Aromanya lembut, tidak menyengat, tapi cukup untuk membuat saya berhenti sejenak.

"Silakan diminum dulu, Mbak," kata Mpok Tiar, sambil tersenyum kecil. Ia adalah staf pantry yang disukai semua orang, bukan karena suaranya yang selalu ceria, tapi karena caranya hadir tanpa mengganggu. Diam-diam, tapi terasa.

Saya mengangguk, mencicipi teh itu. Hangat, pahit, dan entah kenapa, menenangkan. Tanpa gula, tapi tidak getir. Seperti pagi yang jujur.

Beberapa menit kemudian, Big Boss masuk. Duduk di seberang saya, membuka laptopnya, lalu menatap saya sebentar.

"Gimana aroma tehnya? Suka, nggak?" tanyanya, ringan.

Saya sempat terdiam. "Enak, Pak. Wangi. Pas."

Ia tersenyum. "Itu teh kesukaan saya. Saya minta Mpok Tiar buatkan dua. Satu buat saya, satu buat kamu."

Saya tidak tahu harus menjawab apa. Tapi dari situ, percakapan kami mengalir. Tentang pekerjaan. Tentang arah perusahaan. Tentang bagaimana memimpin tanpa kehilangan diri sendiri. Tidak ada nada tinggi. Tidak ada tekanan. Hanya dua orang dewasa yang duduk, saling mendengar, ditemani teh yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun