Menyiasati Modal
Sejak momen itu, kami mulai menggodok rencana bisnis kecil-kecilan. Saya melihat peluang yang bisa dieksekusi dari kemampuan suami membuat perlengkapan rumah tangga dari kayu. Bisnis furnitur bisa dibilang bisnis yang sangat menggiurkan. Jika berhasil menguasai pasar, keuntungan yang bisa didapatkan tak main-main. Kami pun memompa semangat.
Dimulai dari nol, ada banyak sekali keterbatasan. Pertama, dari segi modal. Modal dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan peralatan yang memadai. Untuk menyiasati bahan baku, kami menggunakan kayu bekas palet sehingga harganya lebih miring. Ya, awal-awal kami tak ingin terlalu bermimpi besar. Takutnya, bisnis malah tidak jalan. Apalagi modal yang dibutuhkan untuk membeli kayu tidak sedikit. Andai saja bisa langsung dapat investor pasti lebih mudah. Karena itu, kami membeli kayu palet pun beberapa saja. Prinsipnya, setelah produk berhasil terjual, barulah membeli bahan baku lagi.
Untuk membeli peralatan pun tak jauh berbeda. Barulah saya sadar kalau membuat furnitur tak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh peralatan yang memadai supaya prosesnya berjalan dengan lancar. Segala alat untuk memotong, menghaluskan, mengukur, dan sebagainya, wajib dipersiapkan. Harganya lumayan juga. Namun, sebagai pemula, kami tak ingin terpaku pada ketidakmampuan membeli alat. Perlahan-lahan, kami mulai mencicil membeli alat, mulai dari yang paling dibutuhkan.
Soal modal berupa skill pun tak kalah penting. Untuk produk yang digunakan sendiri mungkin tak perlu sempurna-sempurna amat, tetapi tak begitu dengan produk yang akan dijual. Tak mungkin menjual barang yang dibuat seadanya karena akan mengurangi kepuasan pembeli. Jadi, menambah pengetahuan dengan banyak menonton video di YouTube adalah kegiatan sehari-hari. Tapi, tak hanya sampai pada teori, mengasah skill juga sangat perlu, termasuk cara menggunakan peralatan berupa mesin agar memberikan hasil yang maksimal.
Pesanan Pertama
Bagi bisnis yang baru pertama kali bergeliat, dukungan orang-orang sekitar sangat bernilai. Orang-orang terdekatlah yang berani memberikan kepercayaan pertama kepada kami meskipun belum ada testimoni yang bisa dibanggakan. Karena itu, dalam tulisan ini, saya juga mengucapkan terima kasih kepada mereka yang bersedia menyisihkan uang untuk mengorder furnitur kayu dari kami pada awal-awal mulai berbisnis.
Orderan yang masuk pertama-tama bukan hanya memberi keuntungan secara material kepada kami, tetapi juga suntikan semangat. Sebagai pemula, rasa tak percaya diri kerap kali menyerbu, apalagi melihat bisnis serupa yang telah meroket. Apakah kami sanggup untuk menyamai kesuksesan mereka? Bagaimana kami bisa bersaing dengan pebisnis yang telah memiliki jaringan kuat dan modal besar?
Pesanan yang mengalir, meskipun tak banyak, membuat kami tetap bertahan. Perlahan-lahan, kami mulai memperbaiki diri, baik dari segi kualitas produk hingga sistem pemasaran. Memang belum sempurna sehingga harus terus belajar. Adanya teman-teman yang bersedia menerima kekurangan kami, dalam arti tak sedikit-sedikit mempersoalkan ketidaksempurnaan, adalah bantuan yang tak ternilai harganya. Kami berharap, proses ini membuat kami semakin lama kami makin mampu memenuhi tuntutan pasar sehingga siap terjun pada dunia bisnis yang keras.