Oleh: Leni Cahya Pertiwi
Di masjid suara lantunan tilawah menandakan waktu subuh akan segera tiba. Di sampingku, tidur dengan nyenyaknya bujang remaja tanggungku Ghaazy. Memandanginya dalam keadaan tidur sungguh menggemaskan. Bibir memble kopi paste ayahnya menambah kegemasan itu. Kupeluk tubuhnya. Tak ada reaksi. Tidurnya benar-benar nyenyak.
"Dik bangun, sholat subuh," Kubisikkan dengan lembut ke telinganya sambil mencium rambutnya. Bergeming, kugoyang sedikit badannya.
"Bangun dik, salat. Bentar lagi azan,"
"aaa..." Hanya suara itu yang keluar dari bibirnya
Terdengar ketukan di pintu. Tok... tok... tok...
"Assalamulaikum" Suara seorang perempuan. Siapa yang bertamu pagi-pagi begini? Aku segera membangunkan Atikah yang tidur di ruangan sebelah.
"Tik, ada tamu datang. Waalaikumussalam..." ternyata yang datang mamanya Atikah. Saudara sepupuku. Usia kami sepantar, aku lebih tua darinya beberapa bulan. Mau tak mau dia memanggilku Une_kalo orang minang menyebutnya Uni, bukan One ya.
*****
"Tik, tolong beli sarapan empat bungkus ya," Usai mandi perutku terasa keroncongan. Tadi sudah kukosongkan di kamar mandi. Heheheheh.
"Iya Bu. Adik mau sarapan pakai apa?" yang ditanya sedang asik memainkan rubik  tiga kali tiganya.