Mohon tunggu...
Nalendra
Nalendra Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Pagi sampai sore mengajar di sekolah lanjut sore sampai malam nyangkul di bimbingan belajar atau privat. Jualan makanan, peminat pengembangan karakter pelajar, musik, teater, puisi, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jajan di Warung

24 Oktober 2023   05:41 Diperbarui: 24 Oktober 2023   05:45 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keberadaan warung-warung di permukiman semakin banyak terlihat, tak terkecuali di sekitar rumah saya. Produk warung-warung tersebut tak jauh berbeda, seputar kebutuhan sehari-hari. Walau ada beberapa gerai minimarket di sini, keberadaan warung tetap diminati warga. Apalagi, warung-warung tersebut sebagian buka 24 jam, tak kalah pula dengan minimarket yang melakukan hal serupa. Perihal warung ini juga mengenang almarhum ayah saya yang pernah membuka warung sekitar tahun 2003-2010. 

Keberadaan warung sebenarnya tidak hanya dilihat dari perputaran ekonomi, tetapi juga ada aspek sosial di sana. Aspek ekonomi sangat jelas dengan adanya jual beli. Ekonomi berputar di kalangan masyarakat. Terkait perputaran uang ini, di beberapa warung kadang ada stiker "dilarang berhutang". Alasan klasiknya adalah malas menagih karena banyak dramanya. Kebiasaan berutang di warung mungkin masih ada. Namun, biasanya itu hanya untuk beberapa warga yang "diseleksi" pemilik warung.  Entah karena kedekatan pribadi entah kasihan. Bisa alasan apa saja. Yang penting secara umum tidak boleh berutang karena uang hasil penjualan biasanya langsung dibelanjakan ke agen untuk meramaikan kembali barang dagangan warung.

Aspek sosial dari keberadaan warung adalah adanya interaksi antarwarga atau interaksi penjual dan pembeli. Ada nilai interaksi saat uang bertukar dengan barang. Hubungan tetangga menjadi lebih guyub. Kadang warung juga dijadikan tempat nongkrong atau kumpul-kunpul warga. Keberadaan warung juga bisa memberi rasa aman saat dini hari walau pemilik warung juga perlu berhati-hati jika tetap buka sampai dini, bahkan sampai 24 jam. 

Penerapan aspek sosial ini saya terapkan pada galon air mineral. Kebetulan saya menyetok enam galon air mineral di rumah.  Tercatat hampir semua warung di sekitar rumah saya yang menjual galon air mineral dengan harga yang tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya Rp 1.000 - Rp 2.000. Untuk mengisi ulang galon, saya sengaja beli di warung-warung yang berbeda. Satu warung satu galon atau satu warung dua galon, selebihnya di warung lain. Selain mendapat galon, nilai interaksi dan silaturahmi dapat pula diraih.

Jika ditanyakan warung yang berjasa, saya menyebut warung tetangga saya yang hanya berjarak beberapa rumah. Waktu saya kecil, warung ini berjasa mengenalkan saya kepada makanan-makanan enak yang sampai sekarang masih terkenang. Warga menyebutkanya warung Pak Cangki. Saya tahu es kebo dari warung ini. Es kebo adalah teh yang diberikan es batu kemudian dibungkus plastik. Kebo di sini sepertinya merujuk kepada kerbau. Mungkin karena bentuk esnya besar sehingga disebut kerbau yang dimudahkan penyebutannya menjadi "kebo". Warung ini juga berjasa mengenalkan saya pada jajanan-jajanan makanan ringan kemasan khas untuk anak-anak. Kemudian, roti keju murah meriah, pisang goreng, martabak, bahkan minuman bersoda juga saya tahu pertama kali dari warung ini.

Pak Cangki sudah lama wafat. Saya lupa kapan tepatnya. Pengelolaan warung dilanjutkan ke istri beliau dan anak-anaknya. Namun, sudah beberapa tahun, istri dan anak-anaknya pulang kampung ke daerah Jawa Tengah. Habis pula kenangan saya terhadap warung yang berjasa menghiasi masa kecil dan remaja saya. Dari warung, terbentuklah hubungan emosional antara pemilik warung dan pembeli. Relasi yang terbentuk dapat dipandang dari aspek ekonomi dan sosial. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun