Pengertian emosi menurut KBBI merupakan luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat. Selain itu, emosi merupakan keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); keberanian yang bersifat subjektif. Pemrosesan emosi terjadi di area prefrontal yang membentuk sistem limbik bersama amygdala, hipokampus, dan lainnya. Sistem limbik merupakan struktur jaringan yang meliputi subkortikal, kortikal, dan area batang otak yang paling berperan dalam perilaku emosional, meliputi memori dan belajar yang berkaitan dengan emosi serta interaksi sosial (Donders & Hunter, 2010).
Dilansir dari tirto.id, Psikolog Paul Eckman pada tahun 1970 mengidentifikasi 6 macam emosi dasar yaitu, marah (anger), sedih (sadness), takut (fear), bahagia (happiness), terkejut (surprise), dan jijik (disgust). Bahagia dapat ditandai dengan senyuman dan bahasa tubuh yang santai. Sedih dapat ditandai dengan muram, menyendiri, dan menangis. Jijik dapat ditandai dengan memalingkan dari objek yang dilihat dan melengkungkan bibir atas. Marah dapat ditandai dengan nada bicara yang tinggi atau kasar, melotot, dan respon fisik seperti memukul. Terkejut dapat ditandai dengan mata dan mulut terbuka lebar, dan respon melompat bahkan menjerit. Perasaan takut membuat otot menjadi tegang, peningkatan kewaspadaan, detak jantung, dan pernafasan, serta perasaan ingin lari bersembunyi atau melawan. Dari enam emosi tersebut kemudian diperluas dengan memasukkan emosi kesombongan, rasa malu, dan kegembiraan.
Jika melihat kondisi saat ini tentu bisa kita kaitkan pada materi emosi. Pandemi menuntut kita untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap virus.  Perasaan waspada dan juga  keterbatasan untuk beraktivitas di luar rumah tentu  memiliki peran dalam perubahan emosi kita. Di kondisi pandemi seperti sekarang ini, emosi kita rentan untuk berubah dan diperlukan kemampuan pengelolaan emosi atau kecerdasan emosi yang baik agar kita tetap bisa bertahan baik pada kesehatan fisik maupun mental. Sebagai contoh,  siswa di sekolah terutama kelompok remaja rentan mengalami perubahan emosi karena di usia ini emosi masih belum terlalu sempurna. Â
Perkembangan emosi manusia, menjadi salah satu bagian perkembangan otak yang berlangsung sejak awal dan terus berlanjut hingga lansia. Proses pengaturan emosi berkembang melalui kematangan kognitif dan sosial. Semakin berkembangnya pemahaman dan proses sosial yang dialami menyebabkan anak dapat mengontrol rasa marah, suka, takut, kecewa dan emosi lainnya. Proses belajar emosi dari lingkungan sosial berkembang semakin pesat pada masa awal kehidupan hingga remaja yang diiringi dengan pemangkasan hubungan antar neuron yang tidak penting. Pada usia remaja, proses myelinasi dari neuron menjadi sangat kuat yang menyebabkan pemrosesan informasi semakin cepat terutama kebutuhan pada proses belajar. Pada usia ini, pemangkasan koneksi antar neuron yang tidak relevan (synaptic prunning) berada pada puncaknya. Namun, pada usia ini sistem kontrol diri belum sepenuhnya sempurna hingga usia dewasa. Area sistem limbik telah mencapai puncak kematangan. Namun, area frontal sistem yang berkaitan dengan fungsi eksekutif dan dan sistem kontrol perilaku belum matang secara penuh (Kail, 2015).
Kecerdasan  emosional  merupakan satu rangkaian  keterampilan dari  individu dalam mengatur  suasana  hati  agar  merasa  optimis  dan bahagia, melalui kemampuan memahami diri sendiri dan  orang  lain,  berinteraksi  dengan  orang  lain, mengatur  dan  mengendalikan emosi,  serta  beradaptasi  terhadap  berbagai  tuntutan  dan perubahan  hidup  (Putri,  2016,  h16). Seseorang dapat dikatakan memiliki kecerdasan emosi yang baik ketika mampu mengontrol diri, mengelola emosi baik positif atau negatif, bertindak secara wajar,  dan tidak meledak-ledak ketika mengekspresikan emosi di depan umum  sehingga dapat diterima oleh masyarakat sekitar (Karmiana, 2016, h9). Kecerdasan emosional ini penting terlebih di saat pandemi yang memberi banyak kejutan dan memberi dampak pada aspek psikologis manusia seperti emosi. Dengan pengelolaan emosi yang baik, setidaknya emosi kita tetap stabil dan tidak mudah mengalami perubahan dalam menghadapi masa sulit
Dilansir dari kompas.com, ada beberapa tips yang bisa diterapkan untuk mengelola emosi di kondisi pandemi yang masih belum pasti kapan berakhirnya yaitu dengan melakukan meditasi, menulis jurnal, berpikir positif, bercerita, dan yang terakhir adalah meminta bantuan profesional. Meditasi dapat membantu  untuk menenangkan diri dengan membuat kita lebih fokus akan pikiran dan perasaan yang muncul lalu menerimanya dan membiarkan pikiran tersebut berlalu. Meditasi cocok untuk dilakukan dimanapun dan kapanpun kita membutuhkannya terlebih saat ini kita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Menulis jurnal harian tentang apa yang kita pikirkan dan rasakan dapat membantu untuk menyeimbangkan emosi dan merasa lebih lega. Disarankan untuk menulis rutin setiap hari untuk mengekspresikan apa saja yang kita rasakan pada hari itu. Berpikir positif juga dapat membantu kita menyeimbangkan emosi untuk tetap semangat dan tidak menyerah akan keadaan saat ini. Lelah merupakan hal yang wajar,  tetapi sebaiknya kita tidak boleh larut dan overthinking karena semua merasakan hal yang sama. Selanjutnya adalah bercerita. Bercerita dapat menghindari ledakan akibat memendam emosi negatif. Dengan bercerita kepada orang terdekat atau orang yang dapat dipercaya, kita akan merasa lebih baik karena bisa meluapkan apa yang kita rasakan terlebih ketika mendapat respon dukungan. Meminta bantuan profesional kesehatan mental juga disarankan apabila kita membutuhkannya karena tidak bisa melakukan apapun untuk memperbaiki situasi yang sulit. Dengan menceritakan keluhan tentang apa yang kita rasakan, profesional kesehatan mental akan membantu kita dengan memberi dukungan dan bantuan dalam mengatasi gangguan emosi. Profesional kesehatan mental tentu akan mendiagnosa dan memberi penanganan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan kita.
Daftar Pustaka:
Yusron, Isman. (2018). Otak Emosi dan Otak Sosial: Fondasi Perspektif Neurosains dalam Perkembangan Sosial dan Emosi. 10.13140/RG.2.2.36231.50088.
Hastuti, Retno & Baiti, Erlina. (2019). Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Tingkat Stress Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 8(2), 82-91. 10.35952/jik.v8i2.152
Fitria, N. 2019. "Basic Emotions: Emosi-Emosi Dasar yang Dimiliki Manusia", , diakses pada 21 Desember 2020.
Anggraini, A.P. 2020. "Cara Mengelola Emosi di Tengah Kondisi yang Serba Tidak Pasti",, diakses pada 20 Desember 2020.
KBBI, diakses pada 20 Desember 2020.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI