Mohon tunggu...
Lnura
Lnura Mohon Tunggu... Guru - Eccedentesiast.

Menulis adalah caraku menyembuhkan rasa rindu padamu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Segenggam Hujan Untukmu

30 November 2020   19:39 Diperbarui: 30 November 2020   19:49 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Roman Grac dari Pixabay 

Hari ini, duniaku sedang hujan meski tak deras. Bagaimana duniamu? Apakah sama? menetes air dari setiap  pucuk-pucuk ranum di ranting yang bergoyang bersama hembusan angin pilu. Tahukah kamu, hujan kali ini kuhinggapi derai tiada henti? Dengarlah cerita tentang hujan dariku.

Hujan hari itu yang membuatmu menggenggam jariku ketika berjalan bersama dengan helai daun yang menutup kepala. Satu tanganmu menekan pinggangku, hangat. Dengan baju abu-abu, kita pecah hujan berdua, bersampingan beriringan. Langkah kita seirama. Hatiku berdesakan ingin keluar dari tempatnya. Langit yang kelabu dengan air hujannya membuat hatiku girang. Setidaknya kamu tak akan melepas daun itu dan pelukan hangat pada pinggangku sampai hujan itu berhenti.

Jalan yang kita telusuri begitu cepat di ujungnya. Aku tak ingin mengakhiri hari ini. Aku menikmati setiap hempasan nafasmu pada raut wajahku juga eratnya tanganmu pada pinggangku.

Kecipak air di lubang jalan yang terinjak sepatu, tetes air yang jatuh dari daun yang mulai koyak ujungnya dan membasahi kita. Aku menyukainya. Sungguh. Aroma hujan dan tubuhmu mulai menjadi candu.  Ujung jalan tiba di ambang netra. Terlepas peluk pada pinggangku. Dan daun pun mulai terkoyak setiap bagiannya. Kita bertatapan di bawah hujan, saling menggenggam sejenak lalu pudar. Dan hujan itu adalah hujan terakhir kita. Karena setelahnya tak lagi ada hujan dengan aroma tanah basah.

Setelahnya, hujanku berbeda. Tak lagi turun dari awan-awan gelap yang sarat dengan titik air yang berat. Tak lagi turun mengiringi dersik dedaunan dengan pucuk rimbun di tiap dahannya.

Kali ini hujanku turun lagi. Tanpa kita. Maka, kukirimkan segenggam hujan untukmu yang tak pernah mampu kusudahi pada setiap rindu. Dan hujanku beriringin dengan hujan pada sudut kedua milikku. Dalam seputaran saturnus pada matahari, aku masih merindukanmu bersama hujanku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun