Kita bisa mulai dengan langkah kecil:
Periksa sumber sebelum berbagi. Jangan mudah percaya hanya karena ada logo media di gambar.
Baca lebih dari satu sumber. Kebenaran biasanya punya banyak sisi.
-
Tahan jempolmu sejenak. Kadang, tidak membagikan sesuatu adalah bentuk tanggung jawab terbesar.
Literasi Digital: Senjata Damai di Tengah Perang Informasi
Literasi digital bukan sekadar bisa mengoperasikan ponsel. Ia adalah kemampuan berpikir kritis, memilah informasi, dan bersikap etis di dunia maya. Sama seperti otot, kemampuan ini bisa dilatih --- setiap hari, dari hal-hal kecil. Mulailah dari mengubah kebiasaan konsumsi informasi.Â
Jangan hanya membaca judul --- baca isi, pahami konteks.
Kalau menemukan berita yang membuatmu marah atau takut, jangan langsung bereaksi. Emosi adalah bahan bakar favorit pembuat hoaks.
Coba diskusikan dengan orang lain, apalagi yang pandangannya berbeda. Dari perbedaan itu, kita belajar memahami, bukan menghakimi.
Pendidikan literasi digital sebenarnya bisa dimulai sejak dini. Di sekolah, di rumah, bahkan di kantor.
Pemerintah memang memiliki program nasional untuk meningkatkan literasi digital, tetapi peran masyarakat jauh lebih penting. Karena ujung-ujungnya, hoaks menyebar bukan karena kurang aturan, tapi karena kurang kesadaran.
Bayangkan kalau setiap orang punya kebiasaan sederhana: memeriksa sebelum membagikan.
Dampaknya luar biasa.
Media sosial akan lebih sehat, percakapan publik lebih jernih, dan masyarakat lebih kuat menghadapi propaganda digital.