"Kadang kita tak benar-benar lelah karena pekerjaan, tapi karena kita lupa berhenti sejenak untuk bernapas dan merasakan hidup."
Terlalu sering kita merasa: "Waktu habis untuk bekerja, tapi jiwa terasa kosong." Di tengah rutinitas yang terus menuntut sebut saja pekerjaan, dunia perkuliahan untuk para mahasiswa, media sosial, ekspektasi orang di sekitar yang akhirnya membuat kita  terseret dalam kemelut pikiran bahwa semakin sibuk, semakin "bernilai". Padahal semua itu belum tentu.
Tulisan ini ingin jadi undangan untuk berhenti sejenak. Bukan untuk menyerah atau malas, tapi agar kita bisa memilih mana beban yang layak dipikul dan mana yang harus dilepas. Reset diri bukan berarti kehilangan ambisi --- justru, menyederhanakan hidup bisa menjadi pondasi agar ambisi kita tetap sehat, berkelanjutan, dan bermakna.
Terus menyikapinya harus gimana dong?Â
Lewat tulisan ini kita coba bahas satu per satu yaa.. agar kita tidak merasa tersesat oleh rutinitas yang menyesatkan. Tetap bermakna dalam kehidupan bersosial tanpa melelahkan..
Menemukan Titik Nol --- kenapa kita butuh jeda di tengah kesibukan
1.1 Tanda bahwa kita butuh reset
Kita sering mengabaikan sinyal kecil tubuh dan jiwa: