****
Â
Akhirnya, ku sempatkan untuk berkunjung ke kampung halamanku lima hari ke depan dengan mengambil kesempatan sisa cuti tahunanku, aku tak mampu lagi membendung rasa rindu ini yang hampir tumpah. Ku tumpangi bis patas AC dari Terminal Kampung Rambutan tepat jam 19.00 WIB.
Menjelang subuh aku tiba. Ku dekap tubuh renta bapak dan ibuku. Kami larut dalam suasana yang bercampur aduk antara sedih, bahagia dan rindu yang teramat dalam. Masih terasa kasarnya telapak tangan bapakku, sama seperti dulu, telapak tangan ini adalah saksi perjuangan bapakku dalam mendidik, dan menafkahi keluarga kami.
****
Â
Ku habiskan lima hari liburan kali ini untuk berkeliling desa, aku ingin merasakan denyut nadi ekonominya, suasana sosial dan kultur masyarakatnya, dan setiap perkembangan aspek kehidupan yang mempengaruhinya setelah sekian lama aku tinggalkan desa ini.
Tak tahu rasanya hati ini merasa teramat terpukul, sedih bercampur dengan rasa khawatir akan kehilangan sesuatu yang begitu besar. Tak tahu kenapa?. Ah, faktanya benar saja semua keaslian desaku itu kian hilang tergerus perkembangan zaman.
Dulu, disini di sepanjang jalan desa ini adalah deretan gubuk-gubuk yang dibangun masyarakat secara swadaya untuk difungsikan sebagai pasar tradisional yang dibuka tiap hari kamis dan minggu, dimana hiruk pikuk masyarakat saling menjajakan dan menawarkan hasil produksi mereka di ladang, kebun, sawah dan kolam. Beragam hasil panen di kebun dan ladang mereka serta jajanan tradisional khas desa tersedia disini. Semua aktivitas itu telah secara nyata memberikan dampak bagi pergerakan ekonomi lokal desaku.
Aku dan yang lainnya telah menganggap hari kamis dan minggu sebagai hari yang istimewa, hari dimana saatnya para petani menumpahkan kebahagaiaan karena segera akan mendapatkan buah dari hasil jerih payahnya bercocok tanam selama berbulan-bulan.
Bukan hanya itu, pasar tradisional bagi kami adalah media untuk bersosialisasi dengan sesama, media untuk mempererat tali silaturahmi. Kami di desa ini bak keluarga besar, semua yang kami lakukan, membangun rumah, hajatan atau kegiatan apapun adalah buah dari rasa kegotongroyongan dan kebersamaan yang tulus. Alangkah indahnya rasa itu..