“Di jalan panjang menuju rumah. Ketika ayah lihat dia, ayah selalu berlari. Berusaha untuk berada di depannya. Biasanya dia berhenti di depan toko sepatu yang ada di seberang rumah kakek, rumah ayah dulu.”
“Apa yang membuat ayah sebegitu penasaran dengannya?” Dila terus bertanya-tanya, tak lupa sambil mengaduk cokelat hangat yang sudah terlanjur dingin.
“Cinta.”
“Cinta pada pandangan pertama? Memang ada? Memang ayah percaya?”
“Ada, awalnya tidak percaya, karena itu mustahil. Tapi begitu ayah bertemu dengannya, ayah jadi sadar, dalam cinta tidak ada yang mustahil.”
“Kenapa?”
“Karena dimana ada cinta, di situ ada keajaiban.”
“Bagaimana bisa?”
Ayah mengulang sekali lagi, “Karena dimana ada cinta, di situ ada keajaiban.”