Mohon tunggu...
Leanika Tanjung
Leanika Tanjung Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

The Lord is my sepherd

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Surat Terbuka untuk Menteri Pendidikan

1 Juni 2020   09:55 Diperbarui: 11 Juni 2021   08:17 4036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat Terbuka untuk Menteri Pendidikan. | Kompas

Menyuruh mereka bersekolah lagi ketika pandemi masih merebak sama seperti merelakan  mereka pergi ke pertarungan yang bukan kelas mereka. Mereka mungkin tahu ada virus yang mengintai, tapi mereka belum mengerti dan belum bisa mengatasinya dengan baik.

Dengan semua kondisi tersebut, saya menolak kalau sekolah dibuka lagi, Juli ini. Sebenarnya, sekolah jarak jahu tidak mudah bagi orang tua. Kami yang tidak pernah dididik menjadi guru tiba-tiba harus pontang-panting menghadapi anak-anak yang tentu saja juga tertekan. Kami yang masih harus bekerja dari rumah, mencuci baju, mengepel, masak, menyetrika, lalu menemani mereka belajar. Seringkali tekanan tersebut membuat kami lepas kontrol, marah-marah. Sudah pasti, kami ingin segera keluar dari keadaan tersebut.

Tapi, kalau melihat situasi yang belum sepenuhnya aman, saya bersedia melakukannya dari pada anak-anak tertular virus covid-19. Kami tidak tega melihat mereka sakit. Kalau sakit, mereka tidak bisa sekolah juga. Dampaknya menjadi ganda: sakit dan tidak bisa bersekolah. Saya membaca di Korea Selatan, 251 sekolah ditutup kembali karena kasus corona di negeri ginseng itu melonjak lagi.  Ratusan lainnya menunda pembukaan kembali sekolah.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan tidak benar anak-anak tidak rentan terhadap Covid-19 atau hanya akan menderita sakit ringan. Mereka menemukan angka kesakitan dan kematian anak akibat wabah tersebut di Indonesia tergolong tinggi. 

Sampai 18 Mei 2020, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) anak-anak mencapai 3.324 orang. Sebanyak 129 anak berstatus PDP meninggal, 584 anak terkonfirmasi positif virus corona, dan 14 di antaranya meninggal.  

Berdasarkan itu, mereka menyarankan agar pendidikan anak usia sekolah tetap dilakukan jarak jahu atau online. Dan, mereka memperkirakan sampai Juni mendatang, wabah tersebut belum akan teratasi.

Baca juga: Tips Supaya Anak Tidak Bosan Belajar Daring di Rumah

Jadi, tolong Mas Menteri Pendidikan yang kami hormati. Pendidikan memang penting, tapi kesehatan anak-anak adalah yang utama dan terutama. Bagi saya, tidak mengapa kualitas pendidikan yang mereka dapat berkurang, mungkin 10 persen, 20, atau bahkan 50 persen. 

Tapi, kami yakin jika mereka sehat dan wabah ini sudah lenyap, mereka bisa mengejar ketertinggalannya. Kami bersedia membantu sekolah untuk mengejar ketertinggalan tersebut, misalnya dengan menambah jam pelajaran mereka ketika sudah pulang dari sekolah.

Yang saya dengar, pemerintah dalam hal ini kementerian pendidikan sudah menyiapkan tiga skenario, yaitu:

1. Jika Covid-19 berakhir akhir Juni 2020, siswa masuk sekolah di minggu ketiga Juli 2020;

2. Jika Covid-19 berlangsung sampai September 2020, siswa belajar dari rumah dilaksanakan sampai September 2020;

3. Semua siswa belajar dari rumah selama satu semester penuh jika Covid-19 masih ada sampai akhir tahun.

Jadi, sekali lagi, tolong Mas Menteri, dengan semua pertimbangan di atas, opsi ketiga yang diambil. Buka kembali sekolah ketika wabah ini benar-benar sudah lenyap, ketika vaksin atau obatnya sudah berhasil dibuat. Kita mundur selangkah, untuk maju seribu langkah. ''Buat anak, jangan pernah coba-coba.''

Salam hormat,

Leanika Tanjung

Orang tua murid

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun