Mohon tunggu...
Dom Asteria
Dom Asteria Mohon Tunggu... Jurnalis - Energy Journalist

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

5 Tips Memilih Jurusan yang Benar

5 Juli 2021   03:45 Diperbarui: 22 Maret 2022   19:53 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: http://gizi.helvetia.ac.id/

Ada satu pertanyaan yang kiranya "wajib" kita telusuri jawabannya untuk memaksimumkan setiap peluang dalam diri. 

Yakni, who am I? 

Pengenalan potensi diri yang lebih intim akan mengarahkan aku atau kamu kepada keseharian yang membuat nyaman, bukan "terpaksa".

Di berbagai kesempatan, aku menemukan teman-teman yang sedikit mengeluh terkait karya/ pekerjaannya yang tidak sesuai dengan jurusan yang dia ambil ketika kuliah atau SMK. 

Pertanyaan seperti ini pun kerap kali muncul, "kamu memilih bekerja dengan gaji gede tapi tidak sesuai passion atau gaji biasa saja tapi membuat kamu nyaman"?

Membaca frase "gaji gede" hampir selalu menggoda untuk menjadi pilihan utama. 


Yang penting makan apapun pekerjaannya, toh setiap orang punya rezekinya masing-masing. 

Inilah alasan klasik yang selalu bertebaran, tetapi di satu sisi mengeluh tidak berkembangnya ybs di pekerjaannya tersebut.

Lalu apa yang mungkin dilakukan agar bisa mengenal potensi diri untuk sampai pada pemilihan jurusan kuliah atau SMK yang tepat? Sebelum sampai ke sana, coba simak kisah antik berikut. 

Alkisah, Aesop filosof Yunani kuno (620-560 SM) mengisahkan bagaimana asumsi tidak selalu berbanding lurus dengan kebajikan. Tersebutlah "legenda anggur masam" (sour grapes) yang terkenal itu.

Dikisahkan demikian, seekor serigala begitu nafsunya memetik anggur dari pohonnya yang ranum. 

Saat itu, dia sedang lapar dan dengan penuh upaya memanfaatkan congor dan kakinya mendapatkan buah anggur tersebut. Dia pun mencoba memanjat dan melompat secara berulang. 

Apa daya sebiji anggur pun tak dapat digenggam. 

Ini ibarat effort pria menebar jala untuk mendapatkan wanita, tapi tak satupun terjaring atau sebaliknya, sama saja. Tak ada ide cemerlang muncul, hingga si serigala pun kelelahan dan akhirnya rebahan (mungkin).

Dia kesal dan sanking kesalnya ia pun mengutuki dirinya.

 Ia meratapi betapa organnya tidak sesempurna jerapah sang empunya leher panjang atau burung yang punya sayap yang dengan mudahnya beterbangan ke sana kemari. 

Si serigala pun berandai-andai, "seandainya aku punya leher yang panjang, tentu saja dengan gampangnya aku memetik anggur yang kuidamkan ini. 

Atau jika saja aku seperti burung yang punya sayap dan mampu melawan gaya gravitasi segudang anggur bisa kuraih dengan segera".

Pendek cerita, si serigala menyimpulkan bahwa semua anggur itu rasanya masam. 

Asumsinya ini sungguh menghibur dirinya, meski tak pernah dibuktikannya sama sekali. 

Lucunya, kepada keturunannya ia mewariskan pepatah "tak semua yang membuatmu terlihat menyenangkan akan menggembirakan." Kebajikan mantap yang lahir dari asumsi yg keliru. 

Dan penting diketahui, asumsi tak selalu menerbitkan kebajikan.

Aku, barangkali pembaca juga kurang lebih seperti serigala tadi yang kerap membuat asumsi sendiri tanpa pernah membuktikannya secara terang benderang (clara et distincta). 

Singkatnya, si serigala tidak bersyukur atau mungkin karena kurang mengenal kelebihannya yang memiliki taring tajam atau keempat kaki yang lincah dan kuat. 

Barangkali kelebihan itu memberitahu bahwa anggur bukanlah makanannya, anggur bukanlah kelasnya. 

Untuk mendapatkan nutrisi bagi tubuhnya, si serigala si empunya taring yang tajam dan kaki yang lincah menunjukkan status karnivora, bukan herbivora. Dan makanannya bukanlah anggur seperti targetnya tadi.

Setiap kita adalah persona pemenang di dunia yang memiliki keunikan masing-masing. Lahir dari rahim yang memberikan kehidupan, tentu atas berkat Sang Ada. 

Keunikan itu penting dikenal sejak dini, dibina, ditumbuhkembangkan dan dicari peluang profesi apa yang menjanjikan di masa depan.

Latar belakang kerap menjadi alasan bahwa seseorang tidak punya kesempatan untuk mengambil jurusan kuliah yang dia "suka", entah itu karena keterbatasan finansial, daerah atau karena ketaklulusan setelah mengikuti ujian.

Ilustrasi. Sumber: https://www.merdeka.com/jateng/50-kata-kata-bahagia-membuat-hidup-lebih-bersyukur-dan-penuh-semangat-kln.html
Ilustrasi. Sumber: https://www.merdeka.com/jateng/50-kata-kata-bahagia-membuat-hidup-lebih-bersyukur-dan-penuh-semangat-kln.html

Sebelum terlambat memilih jurusan kuliah, yuk simak tips-tips berikut:

1. Kenal dan kenal potensi diri. 

Ada banyak cara mengenal potensi diri, tinggal klik di google segera akan ditemukan. 

Test potensi diri ini tentu harus jujur diikuti tanpa dibayangi ekspektasi diri. 

Misal, aku sangat ingin menjadi seorang ahli pajak, tetapi ternyata aku lebih cenderung menikmati dunia bedanya rasa setiap kopi. Ya semua bisa dihubung-hubungkan, tapi terlalu jauh.

2. Bertanya kepada circle diri. 

Jika memungkinkan baik bertanya kepada sahabat terdekat atau keluarga inti untuk melihat kira-kira aku cocoknya kemana. Misal, aku suka dengan perkembangan dunia pertanian dari hulu sampai hilir, cocoklah ambil jurusan pertanian. Jika aku sukanya menggambar dan mendesain, cocoklah dunia desainer. 

Ketika aku sukanya dengan dunia game cocoklah ambil jurusan IT atau yang sesuai.

3. Gali dan gali. 

Setelah mengenal potensi dan kecenderungan diri, hal selanjutnya ialah "menenggelamkan" diri dengan potensi tersebut. 

Semisal aku suka menulis, ya aku coba menulis setiap hari meski hanya sebait, sebarkan, banyak baca juga asah skill. 

Semisal aku suka bicara dan percaya diri tampil di hadapan audies, cocoklah aku ambil ilmu komunikasi, dlsb.

4. Cari peluang. 

Satu hal yang sering menghambat tidak kesampaian cita-cita diri ialah kesempatan yang kecil. 

Seperti yang aku sampaikan tadi perihal finansial, jarak rumah dengan kampus/ mazhab tersebut. 

Setelah tahu peluang, tentu juga harus sampai pada pengetahuan tantangan. 

Kekuatan dan kelemahanku apa. Pemilahan keempat hal ini akan memudahkan kita untuk secara pasti menentukan jurusan yang kita pilih dan mendapatkannya. 

Sedikit saja, aku punya dua teman yang ketika SMA sudah menulis di meja belajarnya dan di setiap bukunya yang menjadi cita-citanya. 

Seorang teman menulis "aku harus jadi anak hukum di UNDIP" (saat itu prestasi si teman ini menengah) tetapi karena terus diasahnya dia pun lulus ketika ujian penerimaan dibuka. 

Saat ini sudah menjadi seorang pengacara. Ini cerita faktum, bukan ilusi. Seorang teman lagi aku dapati menulis di kertas bekas ujian "aku Rido harus masuk fakultas kedokteran UI", dan ya benar masuk -- sekarang menjadi dokter di sebuah RSUD. 

Rido ini kalau ditanya punya banyak dewi fortuna. Tapi intinya dia kenal dirinya, asah dan ditekadkan sepenuh hati.

5. Passion. 

Nah ini dia. 

Saat ini untuk lingkungan corporate, perekrut tampaknya lebih memilih seseorang yang multi tasking. Seseorang yang mampu melakukan banyak hal untuk mendukung pekerjaannya. 

Seorang akunting, tetapi bisa sebagai content creator, bisa juga mendesain flyer, bisa juga jadi MC, dlsb. 

Friends, bayangan kita baiknya bukan pada banyak bidang yang harus kita kuasai, satu saja dulu tapi benar-benar profesional. 

Di sini kita harus mengenal passion sebelum terlambat. Aku kenal beberapa menjadi researcher independen meski peluang berkarya di corporate terbuka lebar. Lihat, semakin banyak pendiri UMKM dan ini sangat membanggakan bukan?

Tak perlu bingung memilih jurusan ketika kita sudah mengenal potensi diri. 

Bukan berarti jurusan teknik lebih keren daripada jurusan biologi, bukan berarti jurusan arsitek lebih keren daripada jurusan kedokteran. 

Semua sama, punya wilayahnya masing-masing. Keren kedengaran karena gajinya gede tidak selalu cocok bagi setiap orang. Induknya itu filsafat, tapi bukan berarti yang tertinggi. Seorang filsuf tidak pernah mengatakan dirinya seorang filsuf. Ilmu tidak berhenti, dia selalu berkembang.

Kebijaksanaan lebih berpeluang lahir saat pengenalan diri yang lebih matang. 

Kelak, kita akan dikenang dengan konsistensi diri dan penguasaan total pada bidang yang kita geluti.

Seseorang akan berhasil ketika dia bekerja/ berkarya karena dia melakukannya dengan nyaman, bukan "terpaksa".

Dom Asteria
Berteman segelas teh, 05 Juli 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun