Langkah terakhir adalah memegang dan menerapkan secara benar prinsip "bagimu agamamu, bagiku agmaku". Di media sosial, kita bisa menemukan dengan mudah bagaimana satu umat memprovokasi umat lain yang berbeda agama. Bagi kaum Muslim, tuhan adalah satu, dan mereka tidak perlu mempertanyakan sistem ketuhanan di agama Kristen. Sebaliknya, tidak baik bagi seorang pastur membakar lembaran ayat suci Al-Qur'an.
Namun, prinsip itu jangan disalah-artikan dengan sama sekali tidak mempedulikan umat beragama lain ketika mereka mengalami kesusahan. Wajib hukumnya untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan. Tidak elok ketika seseorang Muslim beribadah di tanah suci ketika ia tidak peduli dengan orang di sekitanya yang masih kesulitan untuk sekedar makan.
Setiap agama dan aliran kepercayaan memang berbeda satu dengan yang lain. Namun, itu seharusnya tidak menghambat keberadaan kedamian di muka bumi ini. Kedamaian yang benar adalah kedamaian yang tidak memandang agama. Permasalahan agama adalah urusan pribadi kita dengan Tuhan yang kita akui, dan kedamaian adalah tanggung jawab kita sebagai manusia.
Ketika kita melakukan kebaikan tanpa memandang agama, maka kita termasuk golongan manusia yang seutuhnya.
"Tidak penting apa agama atau sukumu. Jika kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk umat manusia, orang tidak akan tanya apa agamamu." -- Gus Dur