Mohon tunggu...
Lazarus Djami
Lazarus Djami Mohon Tunggu... Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kasih

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dongeng N A I - Suku Sabu

28 November 2022   18:57 Diperbarui: 28 November 2022   19:02 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

NAI

 

Pengertian

Nai sejenis penyakit yang hanya ada di kalangan suku Sabu dan Sumba. Dalam kalangan suku Sabu pun itu hanya ada di Sumba, sementara di Pulau Sabu sendiri sama sekali tidak ada.  Perihal nai, ada beberapa yang menyakini itu terjadi, ada pula yang sama sekali tidak menyakini hal itu (Nai) dengan menyatakan bahwa angin yang masuk di usus. Dan menyatakan bahwa Nai bukan penyakit tetapi suatu kesombongan supaya dikatakan hebat, dan memberikan rasa takut kepada orang.

Beberapa Jenis Nai

Sabu:

  • Pogo: Ini jenis Nai yang akan kena mulut (mulut akan membengkak)
  • Nai untuk perempuan, dengan tujuan agar perempuan itu melekat dan cinta akan laki-laki tersebut.
  • Nai Ula: terasa Berputar di dalam perut
  • Nai kejoe : orang yang kena akan melompat-lompat, perut terasa seperti di cabik2,
  • Nai Wodab'a: Kemaluan membesar.
  • Nai Wela, setelah pupe di perut, di lap di parang
  • Nai kehai,
  • Nai Ai, sepeperti terbakar
  • Nai Menewe, Pupe langsung, gejala, sakit diperut biasa saja
  • Nai naduu: Tusuk dari lakai di mata,...jika tidak akan sakit perut,...cara penyembuhan setelah pupe, ambil rumput laut ada jenisnya (Daun Angngu)
  • Nai Mahede : Perut terasa mual, cara mengobatinya dengan pupe (sembur) langsung dan sebut nama orang yang sakit.
  • Nai Wadu D'ari
  • Nai yang gejalanya sakit pinggang seperti putus
  • Nai B'allu, kena di mulut -  mata akan Bengkak,
  • dsb,...

Kesaksian pribadi dari seseorang yang saya wawancarai, ia menyampaikan bahwa saya tidak percaya, kalau saya yakin kena, dan kalau tidak, sampai kini tidak pernah sakit. Lebih lanjut saya tanya soal anak-anak, mereka kena dan saya tidak katakana bahwa pergi kepada si ini dan itu, meeka cari sendiri bagaimana mereka sembuh. Sementara sejak kecil mereka tidak pernah tahu apa nai itu.

Demikian pula Benedikta, dengan tegas ia menyakan bahwa saya tidak percaya, dari kecil tidak pernah tahu dan tidak akan pernah mau tahu, kalau sakit karena salah makan saja,..demikian juga untuk anak-anak saya belum. Dan saya sendiri berpikir, orang yang demikian mereka tidak takut akan disebut sebagai sewanggi,...

"Tidak yakin" itu kata kunci,... saya tidak akan percaya dan tidak akan mau tahu jenis nai yang mereka katakan. 

Ketika ditanya, apakah kita tahu siapa yang memiliki nai itu? Beberapa orang yang ada di tempat pertemuan itu menjawab "ya"

Bagaimana kita akan kena nai? Katanya: jangan kurangi iar di tempat minum, nanti akan kena nai.

Lagi kesaksian seseorang bahwa satu kali ada yang sakit perut sementara anak saya tidak ada nai, tetapi ia minta supaya ia sembur orang tersebut. Krena orang itu adalah suku lain, yang tahu bahwa suku Sabu memiliki hal seperti itu, maka ia sembur dan sembuh. Aneh juga, artinya bahwa Nai tidak ada, yang bisa menyembuhkan sakit yang suku Sabu di Sumba katakana itu Nai akan sembuh bila disembuh atau dikenakan dengan yang panas.

Tujuan:

Nai hanya untuk menyulitkan orang, membuat orang lain merasa takut untuk bergaul.

Nai itu dapat dari,...kalau ada sisa makan sirih orang tersebut, makan saja,...dan akan dapat nai itu.

Abis pepupe, harus pepuru (menurunkan) nai supaya tidak kena pada yang memilikinya, di daerah kami sangat susah karena hampir banyak orang memilikinya.

Minggu-Wainggimu, 27/11.2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun