Mohon tunggu...
Layla WahyuIsnanda
Layla WahyuIsnanda Mohon Tunggu... Universitas Airlangga

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jejak Gula, Risiko Diabetes di Kalangan Anak Muda

11 September 2025   20:41 Diperbarui: 11 September 2025   20:41 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

     Gaya hidup modern banyak memengaruhi pola konsumsi generasi muda. Tren minuman manis seperti boba, kopi susu kekinian, hingga soda memang populer, tetapi di balik kenikmatannya tersimpan risiko besar: diabetes mellitus tipe 2. Penyakit yang dulu identik dengan usia lanjut kini makin sering muncul pada anak muda akibat pola makan tinggi gula dan gaya hidup yang tidak sehat.

     Kebiasaan mengonsumsi gula berlebih, terutama dari minuman manis, menjadi salah satu pemicu utama obesitas faktor risiko penting terjadinya diabetes. Padahal, menurut WHO, asupan gula harian sebaiknya tidak lebih dari 10% total energi atau sekitar 50 gram (12 sendok teh) untuk orang dewasa. Faktanya, satu gelas boba atau kopi susu kekinian saja bisa melampaui batas tersebut. Tanpa disadari, rutinitas ini dapat memicu resistensi insulin, yang menjadi pintu masuk awal menuju diabetes.

     Situasi makin diperparah dengan gaya hidup sedentari. Banyak anak muda menghabiskan waktu di depan layar ponsel atau laptop tanpa cukup aktivitas fisik. Padahal, olahraga rutin bisa membantu mengontrol gula darah dan menjaga sensitivitas insulin. Rendahnya kesadaran akan pentingnya pola makan sehat dan aktivitas fisik membuat generasi muda semakin rentan.

     Untuk mengatasi hal ini, edukasi kesehatan memegang peran penting. Pemerintah, sekolah, hingga komunitas perlu bergerak bersama meningkatkan kesadaran tentang bahaya gula berlebih. Edukasi sederhana seperti membaca label nutrisi bisa membantu anak muda lebih bijak memilih makanan dan minuman. Selain itu, kampanye olahraga melalui program kampus, komunitas, atau media sosial bisa mendorong gaya hidup yang lebih aktif.

     Media sosial sendiri menjadi saluran efektif, mengingat anak muda sangat aktif di sana. Konten edukatif berupa video singkat, infografis, atau kampanye kreatif bisa menarik perhatian mereka. Restoran dan kafe pun bisa ikut berperan dengan menyediakan opsi minuman rendah gula atau pemanis alami yang lebih aman.

     Namun, tantangan terbesar tetap datang dari tren sosial. Melihat teman atau influencer menikmati minuman manis sering kali memicu keinginan untuk ikut-ikutan. Peran figur publik sangat penting. Jika panutan anak muda secara konsisten menunjukkan gaya hidup sehat, seperti memilih minuman rendah gula atau rutin berolahraga, hal itu bisa menjadi inspirasi nyata. Perubahan sederhana misalnya mengganti minuman manis dengan infused water bisa menjadi langkah awal menuju pola hidup lebih sehat.

     Saya yakin bahwa mengubah gaya hidup bukan cuma soal kesadaran pribadi, tapi juga butuh dukungan dari lingkungan sekitar dan kebijakan yang tepat. Pemerintah bisa lebih aktif, misalnya dengan mengontrol iklan minuman manis yang membidik anak muda, menerapkan pajak gula, atau mewajibkan label peringatan di kemasan. Di sisi lain, komunitas lokal bisa lebih sering menggelar kegiatan olahraga atau workshop kesehatan yang seru dan menarik, supaya anak muda merasa terdorong untuk hidup sehat tanpa merasa tertekan. Langkah kecil seperti ini, kalau dilakukan terus-menerus, bisa memicu perubahan besar menuju masyarakat yang lebih peduli pada kesehatan.

     Meski sulit, mengurangi konsumsi gula adalah investasi kesehatan jangka panjang. Generasi muda perlu sadar bahwa kebahagiaan sesaat dari gula tidak sebanding dengan risiko penyakit di masa depan. Dengan edukasi, role model yang tepat, dan langkah kecil yang konsisten, mereka bisa terhindar dari "jebakan manis" yang berbahaya bagi kesehatan.

KATA KUNCI: Diabetes, Edukasi, Hidup, Gula, Kesehatan

 

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun