Jurnalisme multimedia merupakan jurnalisme dengan menggunakan lebih dari satu media yang ada, merupakan gabungan dari minimal 3 media, seperti video, gambar, foto, animasi, dan yang lainnya.
Di Indonesia sendiri, jurnalisme multimedia sudah mulai berkembang dengan cukup pesat. Pada awalnya jurnalisme di Indonesia masih menggunakan koran dan radio untuk penyebaran informasi. Jurnalisme koran bisa dikatakan kurang efektif, karena penyampaian informasinya mengalami keterlambatan minimal satu hari.
Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi yang ada juga semakin berkembang. Munculnya internet mengakibatkan terjadinya perubahan jurnalisme cetak menjadi jurnalisme multimedia.Â
Jurnalisme multimedia memerlukan sebuah alat untuk mengaksesnya, seperti komputer dan ponsel pintar. Jurnalisme multimedia menggunakan media digital sebagai konten jurnalistik, sehingga konten yang ada dapat lebih menarik bagi masyarakat.Â
Pada konten tertentu terdapat sifat interaktif, sehingga masyarakat dapat menanggapi konten yang ada.
Kompas merupakan salah satu portal berita yang mengalami perubahan jurnalisme. Pada awalnya Kompas merupakan sebuah perusahaan media cetak, kemajuan teknologi mengakibatkan Kompas terjun ke dalam jurnalisme multimedia.
Sejarah Harian Kompas
Pada tahun 1965, Drs. Frans Seda menghubungi Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama untuk membahas tentang media massa. Jakob Oetama merupakan redaktur mingguan dari Penabur dan Petrus Kanisius Ojong merupakan pemimpin redaksi mingguan dari Star Weekly.
Kemudian terbentuklah sebuah yayasan yang bernama Bentara Rakyat. Yayasan Bentara Rakyat memiliki tujuan untuk menerbitkan sebuah koran yang bernama sama dengan yayasan, yaitu Bentara Rakyat.