Mohon tunggu...
Laura
Laura Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Travelling, Kuliner dan Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Virus Hati

6 April 2023   21:01 Diperbarui: 6 April 2023   21:05 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Funtastik sekali pertanyaan si abang, pertanyaan yang sudah beratus-ratus kali aku dengar. Pertanyaan yang aku jawab dengan tawa kecil dan senyuman miris di hati.

"Agama itu hanya pedoman buat manusia hidup baik, buat apa beragama tapi masih suka hina, memberi tidak ikhlas, setelah memberi diomongin ke antero jagat raya, keluarga di hina". Ujarku dengan nada tertawa.

Ucapan yang aku utarakan, merupakan akar kepahitan yang aku alami selama ini. Buat apa punya agama, tapi tingkah laku tidak mencerminkan. Merasa diberkati karena harta banyak, pamer kekayaan. Monologku dalam hati.

Si abang kemudian mengatakan perbedaan Yesus dan Isa almasih, yang sebenarnya malas aku dengar. Dan aku pun menjawab "Keluarga saya beraneka-ragam agama sama suku. Dan tidak pernah membahas perbedaan agama. Apalagi keluarga ibu saya, nenek saya dari ibu keluarganya ada islam dan kristen. Tapi mereka akur saja, tiap hari raya saling mengucapkan. Saya juga sering menunggu di dalam mesjid maupun mushollah ketika teman saya sholat".

Lalu si abang antusias bertanya "Mba tidak dapat hidayah pas melihat teman mba sholat, gak ada gitu keinginan pindah, khan teman-temannya banyak yang muslim. Jadi bisa di bimbing".

"Memang klo saya pindah bisa makan daging babi tidak bang, khan saya dari sumatera. Lidah saya sejak kecil makan daging babi, apalagi tiap pulang pesta orangtua saya dapat jambar babi" Jawabku sambil tersenyum.


Emmm ... Jawaban yang selalu ku pakai untuk mengakhiri pertanyaan yang ujung/titik temunya tidak akan ada. Jika hatinya tertutup akan perbedaan. Mendengar itu, si abang ojek online pun terdiam dan tidak bertanya apa pun hingga sampai tujuanku.

*Flashback Off*

Andai si abang ojek online tahu, kalau dulu aku sering bantu teman jualan hijab bahkan dijadikan model hijab. Pasti, kemarin malam akan tambah panjang pertanyaan yang akan diutarakan. Monologku dalam hati.

Sambil tersenyum, aku menyeruput kopi sisa kopi sambil berpikir masih ada saja manusia seperti ini. Ternyata yang sirnah hanya virus covidnya saja, virus intolerannya masih ada. Semoga tidak banyak virus seperti ini, kalau banyak yang ada muka bumi akan sirnah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun