Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bila Tidak Berbakat, Jangan Jadi Orangtua

31 Agustus 2019   06:00 Diperbarui: 31 Agustus 2019   06:06 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang rekan milenial, sebut saja Miss Daffodil, mengeluh pada Young Lady. Miss Daffodil mengeluhkan ibunya yang tidak bertanggung jawab. Ayah Miss Daffodil pun sama saja. Semua urusan rumah diserahkan pada Miss Daffodil.

Lama-lama Young Lady merenung. Mengapa di dunia ini, mereka yang tidak berbakat menjadi orang tua justru diberi anak? Sedangkan mereka yang berbakat dan tergolong Mommy-Daddy potensial, malah tidak dititipi anak oleh Tuhan? 

Young Lady kenal pria-pria tampan dan wanita cantik yang daddyable dan mommyable, tetapi mereka tak punya keturunan. Sebaliknya, banyak teman Young Lady yang orang tuanya sama sekali minim bakat.

Mudah saja...cieee kayak lagunya Sheila on 7. Mudah saja bagi sebagian pasangan untuk menghadirkan anak dalam rumah tangga mereka. Yang sulit adalah prosesnya. Membesarkan anak adalah kerja seumur hidup. 

Kerja tanpa hari libur, kerja tanpa digaji, kerja tanpa interview, kerja tanpa bonus akhir tahun, kerja tanpa THR, dan kerja tanpa naik jabatan. Besar sekali tanggung jawab untuk membesarkan seorang anak.

Punya anak tidak hanya mau enaknya saja. Makanya Young Lady sering kali merasa heran. Di pesta-pesta pernikahan, MC dan pemuka agama kerap kali menyelipkan doa agar pengantin cepat memiliki anak. Hellooooo, memangnya punya anak gampang? 

Kalau memiliki anak hanya dianggap untuk melestarikan keturunan, kucing, koala, dan panda ya begitu juga. Tapi kita ini makhluk berakal dan berbudaya. Memiliki anak tak sesimple itu, baby.

So, sebelum menjadi orang tua, ada bakat-bakat yang perlu dimiliki. Kalau tidak punya bakat, sebaiknya jangan jadi orang tua.

1. Bakat finansial. Yups, ini yang vital. Uang memang bukan segalanya. Namun, uang dapat menjadi alat untuk membesarkan anak. The Wall Street menurunkan jurnal berisi riset asumsi biaya membesarkan anak hingga berusia 18 tahun. Riset tersebut dilakukan di USA. 

Bila pasangan di USA menjadi orang tua di tahun 2013, mereka harus mengeluarkan biaya sebesar $245.350 atau setara dengan 3,3 miliar Rupiah. Wow...harus punya uang 3,3 Miliar dulu sebelum punya anak. Membesarkan anak tidaklah murah, mylove. 

Banyak pos-pos pengeluaran yang harus disiapkan. Mulai dari biaya kelahiran mereka, biaya susu, babysitter/day care, biaya pendidikan, biaya kesehatan, biaya rekreasi, biaya les/pengembangan bakat, dan biaya tak terduga. Bila dikalkulasikan, anggaran untuk membesarkan anak sungguh besar. Menjadi orang tua sama artinya harus siap dengan kemungkinan over budget. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun