Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pulanglah Sebelum Aku Tak Bisa Memelukmu Lagi (2)

18 Juni 2019   06:00 Diperbarui: 18 Juni 2019   06:14 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedan metalik meluncur mendekat. Anak laki-laki bertubuh tinggi dan berwajah oriental khas peranakan melompat turun. Ibunya menyusul di belakang. Walaupun berambut pendek, ibu anak itu nampak cantik.

"Jose...pelan-pelan, Nak. Nanti kamu jatuh." tegur si ibu dengan nada halus.

Calvin memberi tatapan menenteramkan. "Dia akan baik-baik saja, Syifa. Sini, Sayang...sini."

Jose Diaz Wirawan, anak yang penuh semangat meski penglihatannya terus menurun. Ia tetap berprestasi dengan mempertahankan sisa matanya. Semester lalu, Jose juara kelas. Peringkatnya bersaing ketat dengan Sivia.

Kini si juara kelas menempel erat di dada Calvin. Syifa menelan saliva, miris bercampur bahagia. Kebahagiaan anak adalah kebahagiaan ibu. Ia miris lantaran Jose lebih dekat dengan guru musiknya ketimbang ayah kandungnya.

"Kuharap Adica tidak marah kalau kamu dan Jose sedekat ini denganku," ujar Calvin canggung.

Syifa mengangkat bahu. Suaminya jauh di Bumi Kawanua. Bagaimana ia bisa tahu?

"Apa Alea sudah pulang?" tanyanya mengalihkan topik.

Bel berbunyi. Calvin bersyukur karena tak perlu menjawab pertanyaan itu. Dibawanya Jose, Sivia, dan anak-anak ke ruang musik.

Pelajaran musik berlangsung menyenangkan. Calvin mengajari murid-muridnya membaca not balok. Ia juga membuatkan notasi berhuruf Braille untuk Jose dan Sivia.

Keasyikannya mengajar terganggu oleh rasa sakit. Serangan di dada kiri itu, datang lagi. Refleks Calvin memegangi dadanya. Sakit itu menjalar, terus menjalar hingga ke punggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun