Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Donor Mata, Jadi Obat untuk Sesama

24 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 24 Februari 2019   06:01 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada diri malaikat dalam diri "Calvin Wan". Yups, I know that. Minggu ini, "Calvin Wan" membuat Young Lady menangis. Bukan, bukan karena "Calvin" menyakiti Young Lady. Tetapi justru karena hal baik darinya.

Itu pun Young Lady cantik tahunya secara tak sengaja. Ah, sungguh menyentuh hati. Diri ini makin tak ingin kehilangannya. Bukan hanya wajahnya yang tampan, tetapi hatinya juga lembut. "Calvin" pun menggunakan matanya untuk kebaikan.

Hmmmm, Young Lady lagi muak dengan iklim Pemilu. Bosen, pengennya Pemilu cepat selesai. Come on, Dear. Dari pada perang di medsos terus tentang siapa paslon terbaik, coba kalian baca berita menyentuh ini.

2.000 Warga Tenjowaringin di Tasikmalaya Siap Menjadi Donor Mata

Yups, sekarang kita kitik-kitikin dulu hati kita pakai bulu ayam. Oh bukan, maksudnya saatnya menggelitik sisi kemanusiaan di hati kita. Iya dong, donor mata itu tindakan yang humanis banget.

Praktik humanis ini masih sangat minim di Indonesia. Donor mata dianggap kontroversial, menyimpang dari budaya dan agama. Sama seperti Valentine's Day, donor mata bukan budaya orang Indonesia. 

Budaya orang Indonesia itu nyinyirin orang, bikin puisi yang menghina ulama, menganiaya guru, banting-banting kendaraan di jalan, perang tagar di sosmed, menyepelekan hal kecil, menguasai tanah ribuan hektare untuk kekayaan pribadi, dan sikut-sikutan di kantor karena takut rezekinya direbut orang.

Miris ya. Katanya, Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah dan pemurah. Mungkin mereka ramahnya sama wisatawan asing aja. Tapi keramahan dan sisi pemurah sama sesama warga negara belum begitu keliatan.

Kata Ketua Bank Mata Indonesia, Dr. Tjahjono Gondowiardjo, ada beberapa kendala donor mata di Indonesia. Di antaranya, kesadaran mendonorkan mata yang masih minim dan kesulitan eksekusi walau daftar pendonor sudah ada di bank mata. Masih menurut Dr. Tjahjono, prosedur donor mata di Indonesia tidak sepraktis di negara lain. 

Bila di negara lain orang sudah otomatis mengatur dirinya untuk mendonorkan organ, di Indonesia harus berhadapan dengan pihak keluarga. Tidak semua keluarga setuju organ tubuh anggota keluarga mereka yang meninggal didonorkan. Balik lagi karena masalah kultur dan agama.

Helloooo, asal tahu aja ya. Tidak ada agama yang melarang donor mata. Tidak percaya? Ini buktinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun