Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Hijab Cantik, "Inner Beauty" Mantan Putri Altar

13 Desember 2018   06:00 Diperbarui: 13 Desember 2018   06:41 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Titik-titik hujan mengambang di pertengahan Desember. Air laut pasang. Pasir putih dibasahi buih ombak dan tetes hujan. Langit yang awalnya gelap, kini berubah seputih mutiara.

Desember yang dingin. Sedingin hati Arlita saat membuka akun Instagramnya pagi ini. Neter mengomentari foto-fotonya bersama Abi Assegaf. Bukan kemesraan yang disoroti, melainkan penampilan. Mereka mengomentari kontrasnya tampilan Abi Assegaf dan Arlita. Sang istri tampil cantik dengan helaian rambut panjang yang terawat indah. Kontradiktif dengan sang suami yang nyaris tak memiliki rambut.

Risiko bagi pasangan suami-istri public figure saat penampilan mereka menjadi sorotan. Namun, kali ini berbeda. Komentar warganet lebih mirip verbal bullying. Itu pun dilakukan berkali-kali di setiap postingan Arlita beberapa minggu terakhir. Makin lama, komentar pedas mereka menjurus ke body shaming.

Bukan, bukan Arlita yang dirugikan. Abi Assegaf yang akan terluka. Masalah tampilan fisik meruncing. Tapi tenang saja, suami tampannya itu belum tahu. Sejak memimpin rapat di Refrain Radio, kondisi Abi Assegaf menurun drastis. Waktunya lebih banyak terpakai untuk istirahat dan ibadah dibandingkan mengecek medsos.

Arlita balik kanan. Berjalan meninggalkan balkon tinggi, lalu menuju kamar biru. Abi Assegaf terbaring di ranjang dengan selang oksigen terpasang di hidungnya. Hati Arlita teriris. Begitulah rasanya tiap kali melihat kondisi sang suami. Ia membungkuk, mencium kening Abi Assegaf.

"Mana yang sakit, Sayang? Semoga sakitnya pindah padaku..." kata Arlita lembut.

Bukannya menjawab, Abi Assegaf malah menunjuk ke layar handphone Arlita. Sesaat Arlita tertegun. Ia lupa menutup Instagram. Cepat ditutupnya aplikasi itu.

"Kenapa ditutup, Arlita?"

"Tidak apa-apa. Tidak penting. Assegaf, bolehkah aku memakai hijab mulai sekarang?"

Pertanyaan itu sungguh menggetarkan. Hati Abi Assegaf bergetar hebat. Getaran yang sama, saat Arlita masuk Islam dua puluh tiga tahun lalu. Ya, Allah, sekali lagi mukjizatMu turun di pagi berhujan ini.

"Tentu saja boleh, Arlita. Aku akan jadi orang pertama yang bahagia saat kau memutuskan berhijab." ujar Abi Assegaf lembut, lembut sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun