Kamar hotel ini terlalu nyaman untuk dinikmati sebentar. Syifa bersandar di tumpukan bantal, meluruskan kakinya. Setelah membilas diri di bathtub, lengkap rasanya menutup malam dengan bersantai di ranjang empuk sambil menikmati tayangan TV kabel.
Sementara ini, selamat tinggal radio. Mungkin lain ceritanya bila Abi Assegaf yang harus lepas dari radio. Kemana ia pergi, radio harus selalu ada dalam jangkauan. Tapi, Syifa tidak sefanatik itu.
Lampu tidur memercikkan cahaya lembut. Pendingin udara berdengung pelan. Suasana setenang ini, cocok sekali untuk tidur. Tapi...
Ting tong
Bel pintu kamar berdering. Sedikit malas, putri kampus itu bangkit dan membuka pintu. Arlita menerobos masuk, lalu membuka koper.
"Syifa, kamu belum siap-siap? Sebentar lagi kita turun makan malam. Ayo!" perintah Arlita.
"Aku tidak ikut, Ummi. Aku lelah, ingin istirahat." tolak Syifa.
"Tidak. Kau harus ikut. Adica saja sudah di lobi. Cepat ganti bajumu!"
Dibentak dan ditatap galak begitu, Syifa menurut juga. Ia menyambar gaun terdekat yang bisa teraih tangannya, lalu memakainya. Sedikit make up ia poleskan ke wajah. Arlita menarik lengannya, lalu membawanya lari keluar kamar.
"Ummi, pelan-pelan!" rajuk Syifa manja.
"Kita sudah terlambat. Kau mau Abimu lama menunggu?"