Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Selingkuh Hati Malaikat Tampan] Pesan Cinta

12 September 2018   06:00 Diperbarui: 12 September 2018   07:16 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup tanpa mobil tidak enak ya? Setidaknya, itulah yang dirasakan Calisa selama beberapa bulan terakhir. Merepotkan bila tak punya mobil. Kemana-mana harus mengandalkan transportasi publik atau layanan angkutan daring.

Tapi, pilih mana? Pilih punya mobil pribadi dengan konsekuensi terkekang aturan ketat dan fanatik, atau pilih hidup tanpa mobil tapi bebas fanatisme? Pilihan Calisa jatuh pada opsi kedua.

Saat ini, katakanlah Calisa sedang terjebak dalam escape time. Sebenarnya, itu istilahnya sendiri. Teringat kondisi terjepit dalam pelarian. Pelarian dari keluarga besar yang fanatik.

Wanita cantik berkulit putih dan berpostur ramping itu melambaikan tangan pada taksi biru yang baru saja meluncur pergi. Ia mengusap wajah letihnya. Memutar tubuh, tepat menghadap ke arah masjid putih berhiaskan aksara Mandarin dan kaligrafi Arab. Gelisah, ia lirik jam tangannya. Ok good, masih ada waktu.

Perlahan, wanita berwajah perpaduan Mongoloid-Kaukasoid itu melangkah menuju masjid. Tak berhijab bukan alasannya untuk meninggalkan ibadah. Biar pun penampilannya seksi, tetapi hatinya masih Islami.

Di gerbang masjid, dua penjaga menghalanginya. Menatap curiga ke arah si wanita.

"Permisi," kata wanita itu sopan. Suara soprannya begitu halus. Lucu caranya mengucapkan huruf "R".

"Mau apa kamu ke sini? Pergi!" usir dua penjaga masjid itu.

Calisa mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi. "Apa hak kalian mengusir saya?"

Silakan men-judge Calisa lancang. Terlebih, dia hanya pendatang. Namun, rasanya mengusir orang yang akan masuk tempat ibadah bukanlah perbuatan bijak.

"Kamu pasti bukan Muslim!" tuduh dua penjaga, menatap nanar kedua kaki jenjang Calisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun