"Evita, Papa ingin bicara." kata Dokter Tian, lembut dan hati-hati.
Hening. Evita menanti dengan sabar.
"Apa...tidak sebaiknya kamu memikirkan ulang keputusanmu?"
"Sudah jelas, Pa. Tak ada lagi yang perlu dipikirkan."
Wajah cantik itu memancarkan tekad kuat. Dokter Tian menghela nafas berat. Sadar betul kebulatan tekad anak perempuannya.
"Tapi ini tidak benar, Evita. Tidak wajar...ingat, kamu seorang dokter."
"Aku sudah mengundurkan diri, Pa. Tanpa menjadi dokter pun, aku bisa hidup lebih dari cukup. Usaha sampinganku kan banyak. Belum lagi perusahaan Calvin yang diserahkan padaku." kilah Evita, lembut namun penuh kekuatan.
"Ok fine, kamu ini mantan dokter. Wajarkah mantan dokter berbuat seperti itu? Jangankan dokter, orang biasa pun tidak wajar kalau melakukannya." sanggah Dokter Tian sabar.
Evita mengangkat alisnya. "Pa, apakah cinta butuh kewajaran?"
"Evita Sayang..."
"Aku mencintai Calvin. Beruntung sekali aku bisa menikah dengannya. Beginilah caraku membuktikan cintaku sebagai seorang istri. Aku ingin jadi istri yang berbakti dan melayani, karena aku sangat mencintai suamiku."