Kebahagiaan berliterasi di negeri ini mahal harganya. Sampai-sampai seorang yang dianggap kecil, lemah, dan pendatang tak mampu membelinya. Kemakmuran berliterasi hanya bisa diraih segelintir orang. Mungkin terbatas pada orang-orang yang sejalan dengan tim redaksi, atau orang-orang yang pintar berkolusi dan bernepotisme dengan orang dalam. Buat orang istimewa karena salah satu inderanya lemah, atau yang tidak dianggap warga asli, ya jangan harap bisa menampilkan eksistensi di jajaran literasi negeri kita.
Well, Young Lady ingin berhenti sejenak menulis cerita. Entah sampai kapan. Mungkin sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Memang sejak Juli kemarin Young Lady sudah jenuh menulis cerita.
Sangat jarang Young Lady mendengarkan orang lain. Lebih percaya pada kata hati, bisikan nurani, mata batin, dan diri sendiri.Â
So, buat Young Lady, kata-kata motivasi dan penyemangat yang dilemparkan di ranah maya tak ada artinya. Bila Young Lady sudah mengambil keputusan, suara orang lain tidak akan mempengaruhi keputusan itu. Kalaupun ingin berubah pikiran, harus datang dari diri sendiri.
Sudah terlalu banyak hal mengecewakan dan tidak mengenakkan selama menulis cerita. Apa sebaiknya Young Lady berhenti saja? Mungkin berliterasi memang bukan jodoh kehidupannya Young Lady.
Satu hal yang pasti: negeri kita itu tidak ramah pada non-native dan disabilitas. Itu yang dirasakan Young Lady. Kalau sudah begini, seperti kata BCL di lagunya, aku bisa apa? Para difabel dan non-native bisa apa coba? Indonesia itu masih jahat sama mereka.Â
Orang-orangnya merasa terlalu baik dan belum pantas menerima mereka dimana-mana. Entah mengapa, Young Lady merasa sama sakitnya ketika pernah ditolak Rektor salah satu universitas negeri ternama tiga tahun lalu. Sakitnya hampir sama.Â
Young Lady takkan pernah melupakan wajah orang yang pernah menolak gadis bergaun grey di ruang kerjanya yang mewah tiga tahun silam, ditolak hanya karena stereotip.
Keadilan yang sejati dan tempat terindah untuk orang-orang tak berdaya bukanlah di dunia, tapi di akhirat. Berharap pada manusia hanya mendatangkan mudharat. Allah satu-satunya tempat bersandar dan berharap. Allah tidak tidur.