Pintu mobil menutup. Langkah Calvin tertahan. Silvi menangis, wajahnya diliputi ketakutan. Safira Hartman sama sedihnya.
"Daddy, jangan masuk ke tempat itu..."
Calvin berlutut, lembut mengusap rambut Safira. Berbisik menenangkan. Diyakinkannya ia akan segera kembali. Perlahan Safira mulai tenang.
"Calvin, aku takut..." desah Silvi.
"Tidak, Silvi. Tidak akan lama. Aku akan segera kembali." ujar Calvin.
Setelah mengecup kening istri dan putrinya, pria tampan berdarah Tionghoa itu berjalan pergi. Hatinya berdesir. Sudah lama sekali ia tak mengunjungi rumah ibadah ini. Bukan rumah ibadahnya lagi. Hatinya telah jatuh di rumah Allah, bukan lagi rumah Sang Buddha.
Di halaman vihara, seorang perempuan bermata sipit dan berkursi roda telah menunggu. Senyuman menghiasi wajah pucatnya saat Calvin mendekat.
"Sally, siap ikut kebaktian?" tanya Calvin lembut.
Sally mengangguk. Wanita 45 tahun itu bahagia sekali ketika Calvin mendorong kursi rodanya memasuki vihara.
Diam-diam, Silvi dan Safira menyusul. Mereka amat takut kehilangan Calvin. Dalam hati berharap mereka tidak salah langkah.
"Mommy, memangnya kita boleh masuk sini ya? Kan kita..." kata Safira polos seraya menunjuk kalung tasbihnya.