Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Andai Semua Dosen dan Mahasiswa Melihat Senyuman Mereka

6 Februari 2018   05:58 Diperbarui: 6 Februari 2018   06:59 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Entahlah bagaimana hasilnya. Mudah-mudahan bisa diganti ke hari lain. Kalaupun tak bisa, ya sementara pakai jalan tengah yang tadi: berbagi ala Calvin. Mengapa disebut begitu? Baca saja kisah-kisah fiksi Young Lady yang ditulis dengan cantik. Kalau Kompasianer tergolong observant, pasti tahu jawabannya.

Actually, kegalauan ini sudah dipecahkan dengan jalan tengah "Berbagi Ala Calvin". Namun, seperti kata Isyana Sarasvati dalam lagunya, Young Lady masih berharap jadwalnya bisa diganti ke hari lain. Agar Hari Jumat bisa digunakan full time untuk fokus berbagi.

Eits, jangan samakan Young Lady cantik dengan kebanyakan mahasiswa lainnya. Jumat bukan digunakan untuk bersantai, tidur sepuas-puasnya, pacaran, atau hang out dengan teman-teman. Tetapi untuk berbagi. Untuk memberi pada orang lain yang membutuhkan.

Mau tak mau Young Lady sedih juga memikirkan hal ini. Memang tak mudah bila meniti jalan yang berbeda dari yang lainnya. Kalau kebanyakan mahasiswa seumuran Young Lady pikirannya cuma sebatas IPK, tugas kuliah, organisasi, biaya kuliah, biaya hidup di rantau bagi mahasiswa luar daerah, dan asmara, ada hal lain yang dipikirkan Young Lady. Hal lain yang jarang dipikirkan oleh mereka: membuat orang-orang kecil, lemah, tak berdaya, dan fakir bisa tersenyum.

Bila Zaadit Takwa berani memberi kartu kuning pada Pak Jokowi, Young Lady cantik berani take action dengan berbagi tiap minggu. Bila kebanyakan mahasiswa hobinya turun ke jalan, demo sana-sini, berteriak minta didengar aspirasinya, Young Lady cantik suka turun ke jalan tapi untuk membuat orang-orang kecil di pinggir jalan tersenyum. Kalau para mahasiswa turun ke jalan dengan membawa massa begitu banyak, Young Lady hanya dengan orang tua. 

Tak banyak orang, tak usah berteriak mengungkapkan slogan-slogan organisasi. Cukup bagikan makanan dan melihat senyum menebar di wajah orang-orang terpinggirkan itu. Jika para mahasiswa yang suka berdemo itu datang dengan jas almamater mereka, menunjukkan dari mana asal kampus mereka, Young Lady cantik turun ke jalan dengan pakaian dan perlengkapan lainnya yang sangat biasa. Malah sering pakai piyama dan sandal saja saat berbagi. 

Tidak pernah menunjukkan siapa, dari mana, dan asal universitas. Orang-orang terpinggirkan, anak piatu dengan adik-adiknya yang banyak itu, tak perlu tahu siapa gadis cantik bermata biru yang setiap Jumat membagikan makanan untuk mereka. Bila kebanyakan mahasiswa lebih memilih berkelompok atau bersama organisasinya saat berbagi dan melakukan kegiatan sosial, Young Lady lebih suka berkegiatan sosial sendiri. Sebab tak ada gunanya mengajak teman-teman sekelas dan sejurusan di kampus. Mereka beda prinsip.

Young Lady bukanlah Ketua BEM seperti Zaadit Takwa. Hanya gadis cantik salah satu penyanyi di paduan suara, hanya gadis cantik yang mencoba menulis dan bermain piano dengan cantik, hanya gadis cantik yang mencoba konsisten berbagi, mendalami ajaran Tuhan, dan belajar mengasihi. Belajar mengasihi lewat hal-hal kecil yang dibagikan.

Lama Young Lady merefleksikan hal ini. Berpikir, andai saja semua dosen dan mahasiswa dapat melihat senyuman mereka. Senyum orang-orang kecil dan terpinggirkan yang menerima uluran tangan. Pasti mereka takkan berpikir dua kali untuk melakukan hal yang sama. Pasti mereka takkan berpikir dua kali untuk berhenti mempersulit gerak seseorang yang senang melakukannya. Andai saja semua dosen dan mahasiswa dapat melihat senyuman mereka. Hati tergerak, tangan pun mengeluarkan sedikit rezeki yang dimiliki. Andai saja mereka dapat melihatnya, andai saja...tergugah hati mereka, dan pikiran mereka tak hanya berkutat pada urusan akademik, penelitian, nilai, jurnal ilmiah, seminar, simposium, Ormawa, dll.

Tuhan tidak tidur. Tuhan selalu mengasihi, Tuhan memberkati orang-orang yang mau berbagi dan mengasihi. Young Lady cantik hanya berharap, lebih banyak orang lagi yang sadar pentingnya berbagi. Lebih banyak orang lagi yang tergugah hatinya, tersentuh hatinya, dan melembut hatinya untuk berbagi kasih. Last but not least, kalaupun Young Lady punya pasangan dan menikah, selain super tampan dan super kaya, Young Lady berharap, pasangannya kelak akan memiliki jiwa penyayang, hati lembut, serta panggilan jiwa untuk berbagi.

Ingin Young Lady tutup artikel ini dengan satu keinginan kecil: mengajak seseorang pergi ke rumah singgah khusus anak-anak penderita kanker. Memperkenalkan anak-anak kuat dan tegar yang tengah berjuang melawan penyakit dengan penuh kasih. Adakah Kompasianer yang mau menemani Young Lady ke sana suatu saat nanti? Ataukah Kompasianer charming sosok inspiratif di belakang "Calvin Wan" yang bersedia menemani, ataukah yang lainnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun