Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Psikolove", Akhirnya Ku Menemukanmu (4)

13 November 2017   05:55 Diperbarui: 13 November 2017   06:07 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kamu hebat, Calvin. Bisa tahu itu semua. Aku berkorban semua itu karena aku sangat menyayangi Silvi. Lebih baik aku yang kehilangan waktu dan kesempatan dibandingkan harus melihat adikku yang cantik kekurangan perhatian. Silvi butuh waktu dan kasih sayangku. Saat itu Mamaku terlalu sibuk, sedangkan Papaku tidak bisa diharapkan. Mana mau dia mendampingi Silvi? Kakak pertamaku pun sama sibuknya. So, hanya aku yang bisa. Hanya aku yang mampu dan mau mengurus Silvi. Menjaganya, menemaninya, mendampingi setiap langkahnya. Sampai akhirnya, Mamaku memutuskan untuk resign. Mama memintaku fokus pada karierku dan berhenti mengurus Silvi. Di sisi lain aku senang, tapi di sisi lainnya aku sedih."

Calvin dan Clara berpelukan. Kian erat, kian hangat. Lengan Clara melingkar di leher Calvin. Sementara pria rupawan itu mendekatkan wajah. Menatap Clara lembut, penuh cinta dan kekaguman.

"Calvin, aku tidak bisa lagi menjaga Silvi. Mengantarnya ke kampus, membantu merias wajahnya, mengepang rambutnya, memilihkan baju-bajunya, memastikan Silvi tetap cantik dan dikagumi teman-temannya. Aku dan keluargaku sadar bagaimana keadaan Silvi. So, kami mendidiknya dengan cara berbeda. Kami sengaja membuat dia diterima lingkungannya, kalau perlu dikagumi dan menjadi inspirasi banyak orang. Semua tentang Silvi kami perhatikan dan kami bentuk sehati-hati mungkin, mulai dari penampilan sampai kepribadian. Usaha kami berhasil. Tujuan kami tercapai. Aku rindu melakukan itu semua."

Pada Adica sekali pun, Clara tak pernah seterbuka ini. Hanya pada Calvin ia mau terbuka. Soal pengorbanannya, ketulusan cintanya, kasih sayangnya untuk sang adik, dan rasa rindunya yang tertahan. Sekali lagi, Calvin mengelus kepala Clara. Merengkuhnya, menyalurkan kehangatan.

"Oh iya, aku ingin mengaku satu hal. Aku telah mengikuti dan memata-mataimu saat pertama kali kamu jalan dengan Silvi. Aku tidak tega membiarkannya bersama orang asing. Maaf ya? Maaf...aku bukan bermaksud mencurigaimu." ungkap Clara.

"Tidak apa-apa. Wajar kamu khawatir. Wajar kamu waspada. Tapi percayalah, aku tidak punya maksud jahat pada Silvi." Calvin berbisik menenangkan.

Setelah mendengarkan cerita Clara, makin dalam cinta Calvin untuk Clara. Kisah pengorbanan Clara menyentuh hatinya. Clara bukan hanya cantik, ia pun tulus dan mau berkorban. Sampai-sampai Clara merelakan satu tahun yang seharusnya ia gunakan untuk berkarier. Namun ia lebih mementingkan keluarga. Mengurus dan menjaga Silvi adalah prioritasnya saat itu. Calvin terkesan, sungguh terkesan. Tak salah bila ia jatuh cinta begitu dalam pada Clara.

"Terima kasih telah membuatku lebih tenang, Calvin. Aku bersyukur mengenalmu."

Tatapan Calvin semakin dalam. Sungguh, Clara tak mengerti mengapa Calvin menatapnya sedalam itu.

"Aku menyesal kita tidak bisa menyatukan rasa ini..." bisik Calvin.

"Tugasku adalah menyembuhkanmu, Calvin. Bukan yang lain. Yang jelas, kita tak mungkin menyatukan rasa ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun