Mohon tunggu...
LATHIFIA AZIZAH
LATHIFIA AZIZAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan

hi, semoga membantu!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memunculkan Motivasi Belajar Anak Usia Dini

22 Juli 2023   23:08 Diperbarui: 22 Juli 2023   23:10 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

   Motivasi merupakan kebutuhan menurut Abraham Maslow, sebagaimana makan adalah kebutuhan (fisiologis) agar tubuh mendapatkan asupan gizi. Motivasi untuk belajar lantaran  memiliki tujuan keberhasilan yang ingin dicapai dalam hal pembelajaran. Abraham Maslow dengan teori hierarki kebutuhannya dengan bentuk piramida bahwa untuk memenuhi kebutuhan dengan tingkat yang lebih tinggi, harus memenuhi kebutuhan tingkat yang rendah terlebih dahulu. Memunculkan motivasi untuk belajar dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan yang paling rendah terlebih dahulu, yaitu kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, bernapas dan buang air kecil atau besar. Maka sebelum anak berangkat ke sekolah alangkah baiknya kebutuhan fisiologis tersebut telah terpenuhi agar saat sampai di sekolah anak menjadi bersemangat karena tubuhnya telah terisi energy makanan sehingga anak siap untuk memulai pembelajaran. Karena tubuh manusia tidak dapat bertahan lama kecuali memenuhi kebutuhan dasar ini.

Kemudian kebutuhan akan keamanan artinya butuhnya rasa perlindungan terhadap berbagai resiko, ketika anak merasa aman dengan lingkungan sekitarnya anak dapat bebas mengekspresikan dirinya sehingga suasana belajar menjadi nyaman bagi anak. Selanjutnya kebutuhan sosial yang spesifik, seperti kebutuhan pribadi terhadap masyarakat, kebutuhan akan persahabatan, kebutuhan untuk mencintai, dan kebutuhan untuk dicintai. Kebutuhan akan pengakuan dan rasa hormat sosial. Dan tingkat piramida yang paling tinggi kebutuhan realisasi diri dan pemenuhan. Pada anak usia dini tingkatan kebutuhan yang lainnya akan berjalan dengan bertambahnya usia untuk mendapatkan semua kebutuhan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan keinginannya.

Penting untuk menerapkan teori Maslow dalam pendidikan. Dengan guru memperhatikan teori ini untuk pembelajaran anak usia dini, maka guru dapat memahami apa yang dibutuhkan dan apa yang belum terpenuhi oleh anak agar motivasinya terbangun. Teori hierarki dalam pembelajaran membantu guru mencapai tujuan pembelajaran yang dikomunikasikan kepada anak-anak, terutama kepada orang tua agar di rumah kebutuhan anak dipenuhi olehnya dan di sekolah peran guru memenuhi kebutuhan anak. Kegiatan komunikasi antara guru kepad anak dan orang tua merupakan metode kolaboratif di mana guru memberikan materi untuk pembelajaran kepada anak dan kerja sama dengan orang tua. Seorang pengajar baik guru dan orang tua dilarang menyalahkan anak atas peristiwa secara langsung karena bisa jadi adanya proses pembelajaran yang tidak terpenuhinya disebabkan kebutuhan anak belum terpenuhi dan anak usia dini pasti belum memahami dan mengerti mengenai kebutuhan tersebut, Makna dari hierarki keinginan Maslow adalah bahwa orang dewasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar anak-anaknya.

  Proses pembelajaran yang dominan terjadi di sekolah, maka kewajiban guru adalah sebagai orang yang memberikan stimulus lebih banyak untuk membangun motivasi belajar anak di sekolah adalah dengan perlunya membina anak dan percaya pada diri juga percaya pada anak jika dapat melaksanakan pembelajaran secara. Guru perlu mendorong anak anak untuk bias mengungkapkan kebutuhan yang dirasakannya seperti anak yang ingin buang air kecil dapat dilakukannya toilet  training sehingga selanjutnya anak termotivasi untuk melakukannya dengan mandiri dan tidak buang air kecil sembarangan karena kebutuhan ini adalah untuk menghindari konflik. Guru bertindak sebagai contoh baik dan benar bagi anak agar anak meniru karena termotivasi dengan tindakan guru yang akhirnya menjadi hal yang anak butuhkan dalam pembelajaran. Guru perlu mengenali dan menerima pesan emosional dan intelektual yang diungkapkan oleh anak, bias jadi anak tidak semangat belajar dan tidak mendapatkan motivasi karena sedang dalam keadaan emosional yang tidak bagus. Guru berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan mengekspresikan emosi, menjaga saling pengertian, tanggap, dan empati terhadap emosi anak sehingga anak menjadi nyaman dan pembelajaran berjalan dengan efektif. Guru perlu mengetahui setiap kelebihan dan kekurangan yang ada pada setiap anak dan setiap anak berbeda tidak sama, setiap anak memiliki potensinya masing masing. Maka di situlah peran guru untuk dapat memberikan stimulasi yang tepat.

Pemberian reward dan punishment dapat menjadi metode pendukung dalam memunculkan motivasi belajar anak. Reward merupakan sebuah penghargaan, ganjaran, atau hadiah yang diberikan karena sudah melakukan suatu hal atau tingkah laku yang benar sehingga meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku tersebut. Punishment sebagai bentuk hukuman agar anak berusaha untuk tidak mengulanginya lagi dan punishment dapat menjadi motivasi anak untuk berusaha menjadi lebih baik agar bias mendapatkan reward dari guru di sekolah maupun orang tua di rumah. Metode reward dan punishment untuk membangun motivasi anak usia dini menggunakan pendekatan behaviourisme, yaitu adanya stimulus dan respon. Stimulus berupa pemberian reward dan punishment. Respon berupa hasil dari tindakan selanjutnya yang dilakukan anak setelah mendapatkan reward dan punishment tersebut. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang ingin dicapai orang tua dan guru terhadap anaknya agar dapat terbangun motivasi belajarnya.

SIMPULAN


   Orang dewasa berperan penting dalam memunculkan motivasi belajar pada anak usia dini. Karena setiap anak pasti terlahir dengan memiliki potensi masing-masing sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat memunculkan motivasi dalam diri anak. Dengan adanya reward dan punishment yang diberikan dapat menjadi cara untuk memunculkan motivasi berupa stimulus dan respon kepada anak. Oleh karena itu, proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan efektif apabila orang tua di rumah dan guru di sekolah bekerja sama untuk memberikan stimulus yang tepat agar motivasi anak terus meningkat setiap harinya bahkan dengan bertambahnya umur anak.

REFERENSI

Farida, N. (2022). Fungsi dan Aplikasi Motivasi dalam Pembelajaran. Education and Learning Journal, 2(2), 118. https://doi.org/10.33096/eljour.v2i2.133

Cahyono, D. D., Hamda, M. K., & Prahastiwi, E. D. (2022). Pimikiran Abraham Maslow Tentang Motivasi Dalam Belajar. TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan, 6(1), 37--48. https://doi.org/10.52266/tadjid.v6i1.767

Sulistyawati, E., & Tesmanto, J. (2021). Penerapan Metode Reward Dan Punishment Untuk Mengembangkan Kemampuan Emosional Dasar Anak Di PAUD Darul Amani Kosambi. Research and Development Journal of Education, 7(2), 511. https://doi.org/10.30998/rdje.v7i2.11240

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun