Mohon tunggu...
Tugu Lasara
Tugu Lasara Mohon Tunggu...

Petani Nomaden

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengembalikan Marwah Pasar Rakyat

19 Januari 2017   15:39 Diperbarui: 19 Januari 2017   17:27 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rangsekan pasar swalayan dan daring tak akan bisa dihindari. Maka pembenahan pasar rakyat tak bisa hanya pada aspek infrastrukturnya saja. Pasar rakyat pun perlu promosi. Permasalahannya, dananya pasti tak ada jadi akan sulit kalau harus menerapkan above the line dan below the line. Kecuali ada tangan pemerintah untuk membiaya promosi di media dan penyelenggaraan event.

Promosi paling mungkin dilakukan adalah komunikasi dari mulut ke mulut. Tentu rentetan awalnya harus dari apa yang “disajikan” pasar rakyat. Kemudian pelanggan menceritakan pengalamannya yang menarik: kekhasan, variasi barang, harga, hingga keramahan penjualnya, ke yang lain. Pangsa pasar pelanggan pun harusnya diperluas untuk beberapa pasar rakyat yang sudah punya nama. Tidak hanya pembeli domestik saja tapi mancanegara juga.

Singapura punya contohnya. Terkenal sebagai tempat surga belanja dunia, pemerintahnya mampu mendiferensiasikan pasarnya, tidak hanya mall-mall yang menyediakan barang kelas wahid dan mahal. Di sana juga ada Bugis Street dan Chinatown Street, untuk para pemburu barang murah, termasuk pernak-pernik khas Negeri Singa itu. Sedikit beda dengan pasar rakyat karena lebih mirip swalayan, Mustafa Center adalah lapak besarbagi wisatawan untuk memborong oleh-oleh. Apalagi Mustafa buka 24 jam nonstop.

Bagaimana dengan Indonesia? Sebenarnya potensinya sangat besar. Di Yogyakarta ada Pasar Beringharjo yang menyajikan makanan lokal dan kerajinan tangan khas tanah Jawa, termasuk batik. Di tanah yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara, Bali,  ada Pasar Sukowati masih dapat dipermak lagi untuk meningkatkan penjualan. Pasar ini sebenarnya sudah lama dikenal sebagai tempat belanja pernak-pernik khas Pulau Dewata. Namun, pasar ini sekarang harus bertarung denganmall dan toko-toko besar yang menyediakan semua barang khas Bali.

Keadaan memang menjepit pasar rakyat. Namun,  masih ada peluang dan waktu untuk membenahinya. Toh, pasar rakyat adalah ruang interaksi masyarakat yang selama berabad-abad mampu bertahan. Kebutuhan pokok: beras, sayuran, dan lauk-pauk, bagi masyarakat Indonesia,  masih dianggap produk yang harus dilihat dan diraba dulu sebelum dibeli. Itu hanya dapat dilakukan di pasar rakyat. Pencanangan hari pasar rakyat nasional boleh diwacanakan, tapi tujuannya untuk pelestarian dan lebih luas dari itu, penopang serta penggerak perekonomian rakyat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun