Mohon tunggu...
Che
Che Mohon Tunggu... Dosen - Writer

Hanya mencoba berbagi...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cuplikan Video dari Sebuah Film

25 Januari 2023   10:25 Diperbarui: 25 Januari 2023   10:44 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepulang kerja, seperti biasa aku akan menjemput anak-anak di rumah ibu. Ibu membantuku menjaga anak-anak selagi bekerja. Dari ujung jalan sudah nampak anak perempuanku sedang bermain mainannya bersama ayah tiriku. Aku memanggilnya Opa, menuruti panggilan anak-anakku. Opa tidak selalu ada dirumah. Karena mengurusi kebun diluar kota. Aku duduk di kursi sofa sambal bertanya,

"Oma dimana?"

"Itu di dapur nak, makan dulu sana, Kamu terlihat capek." Perhatian seorang ayah terhadap anaknya, walaupun bukan ayah kandung.

Sejenak aku langsung teringat sebuah cuplikan pendek video dari sebuah film yang tak sengaja aku tonton di aplikasi tik tok. 

Seorang laki-laki yang dipanggil oleh ayah oleh perempuan yang masih lumayan muda. Laki-laki itu berdialog yang intinya mengatakan bahwa si anak perempuan sengaja mencari dia karena dia adalah orang yang terkenal dan banyak uang. Laki-laki itu menilai anak perempuan tersebut hanya mau menginginkan uang laki-laki tersebut. Seolah-olah anak perempuan itu sangat menganggu kehidupannya.

"Semua orang punya ayah, sekarang ada ayah di depan aku, apa salah aku akui aku punya ayah?"

Teriak perempuan itu sambal menangis. Tanpa belas kasihan laki-laki itu menjawab:

"Kamu tidak pernah ada dalam rencana hidup aku."

Cuplikan videopun selesai. Hanya batas itu. Dan hanya itu yang terlintas. Karena rasa-rasanya aku ingin menangis, aku langsung menuju kamar mandi. Air mata langsung menetes tanpa aku sadari. Ada apa dengan hatiku?

Hatiku sedang merindukan ayahku rupanya. Ayah yang tak pernah merindukanku. Kenapa begitu? Karena memang tidak ada effort untuk menghubungiku. Ayahku baik untuk orang lain. Ayahku sangat baik bagi anak orang lain. Bukan bagiku. Perih. Mungkin terlalu sensitive.

Aku yang bisa mengatakan itu, karena beberapa waktu yang lalu aku melihat postingan dari salah satu istri Ayahku. Sebuah video yang memperlihatkan, ayah sedang bercengkerama dengan anak tirinya. Sedang dihibur karena sedang sakit. Mereka tertawa. Tertawa lepas, Nampak rasa Bahagia yang terpancar. Moment yang sama sekali tidak pernah aku dapatkan.

Ayah juga memiliki anak angkat. Anak angkat yang ia rawat dari kecil bersama istrinya yang satu lagi. Seorang perempuan, yang selalu di posting foto dan kegiatannya. Dia tinggal bersama ayah.

Jangankan soal bercengkerama, anak itu mendapatkan semuanya dari ayahku.

Aku yang sebenarnya sudah tidak terlalu peduli dengan penemuan hidup yang aku alami. Hanya menikmati jalannya hidup.

Ingat kata-kata laki-laki dalam cuplikan video film dalam aplikasi tik tok tadi. Gadis itu adalah aku. Aku yang tidak pernah ada dalam rencana hidup ayahku. Dulu, sekarang ataupun nanti. Tidak akan pernah ada. Ku hela napas dan menghapus air mataku yang tersisa.

Tiba-tiba ada pesan masuk di whatsup messengerku, dari ayah. Dia mengomentari postinganku tadi siang soal pekerjaanku.

"Sibuk terus ya anak ayah."

Kalau dulu aku semangat untuk membalasnya. karena [engahrapan tinggi untuk dihubungi, terkadang aku yang terus menerus yang menanyakan kabarnya duluan. Selalu aku duluan. Kali ini aku putuskan untuk tidak membalasnya. Karena diapun sering tidak merespon WA ku. 

Aku tidak dendam. Cuma sedang tidak mau merusak mood di sore hari, ketika berhadapan dengan anak-anakku. Ku simpan handphoneku dalam tas. Bergabung bersama anak-anak dan Opa. Opa yang menjadi penyembuh luka bagi ibu dan aku. Menjadi penyejuk bagi anak-anakku. Terima kasih sudah hadir, walaupun tidak menggantikan tapi menjadi tempat berlindungku saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun