Wahai, INFO_PAS -- Hasil karya warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Wahai berupa kerajinan 'Pebble Art' siap menembus Pasar Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM. Hal ini terlihat dari aktifitas warga binaan dalam finishing kerajinan seni batu kerikil di Beranda 'Mesra' Lapas, Kamis (9/10) yang dimonitoring langsung oleh Kepala Lapas Wahai, Tersih Victor Noya.
"Kami sangat mengapresiasi warga binaan yang luar biasa sangat kreatif dalam membuat motif dan pola gambar. Lukisan-lukisan ini sangat indah dan akan kami jadikan produk unggulan Lapas Wahai dalam pemasaran," ungkap Tersih.
Dikatakannya, program kerajinan pebble art tersebut bertujuan membekali warga binaan dengan keterampilan dan potensi wirausaha sebagai bekal reintegrasi sosial setelah bebas nantinya. "Kegiatan ini merupakan bagian dari ragam program pembinaan di Lapas Wahai. Selain memanfaatkan bahan alam, ini juga merupakan bentuk dukungan terhadap program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan dalam penguatan UMKM," jelas Tersih.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa, pebble art merupakan seni visual yang menyusun bebatuan kerikil secara artistik di atas papan kayu yang terlebih dahulu diamplas hingga halus sebelum digunakan. Batu-batu tersebut kemudian ditempel dengan lem kuat dan diberi lapisan akhir berupa semprotan clear coat agar lebih awet dan mengilap. Papan juga dapat dilengkapi gantungan agar bisa dijadikan hiasan dinding yang estetik.
"Sebagai langkah awal pengembangan, pebble art hasil karya warga binaan akan diproduksi sebanyak jumlah pegawai Lapas Wahai, yakni 35 buah. Setiap petugas wajib membeli sebagai bentuk nyata dukungan terhadap produk lokal hasil pembinaan kemandirian warga binaan. "Langkah ini diharapkan menjadi awal dari ekspansi pemasaran ke jaringan UMKM di luar lembaga," tambah Tersih.
Kepala sub seksi Pembinaan, Merpaty S. Mouw, turut menambahkan bahwa pemanfaatan bahan baku lokal menjadi salah satu keunggulan utama dari kerajinan ini.
"Lapas Wahai berlokasi di daerah pesisir, sehingga bebatuan pantai dapat diperoleh dengan mudah dan gratis. Ini menjadikan pebble art sebagai produk yang ramah lingkungan, berbiaya rendah, namun tetap bernilai seni tinggi dan layak jual," ungkap Merpaty.
Menanggapi inovasi kreatif Lapas Wahai, Kepala Kantor Wilayah Ditjenpas Maluku, Ricky Dwi Biantoro, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan pembinaan ini.
"Lapas Wahai luar biasa dalam memberdayakan warga binaan melalui kegiatan kerajinan yang bernilai ekonomi dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat di sekitar lingkungan Lapas. Selain memiliki nilai jual tinggi, kerajinan ini juga sangat saya apresiasi karena dapat menjadi sarana terapi dan ketenangan bagi warga binaan. Proses kreatif seperti ini sangat bermanfaat untuk mengisi waktu luang mereka dengan kegiatan positif," ujarnya
Dengan semangat kemandirian dan dukungan penuh dari seluruh jajaran Lapas, kerajinan pebble art karya warga binaan Lapas Wahai diharapkan dapat menjadi produk unggulan baru yang mampu bersaing di pasar UMKM.
Kontributor: Lapas Wahai