Jika saja saat itu mulut tak terbelenggu, mungkin cerita hari ini akan berbeda.
Saat jari jemari menyatu, terbersit rasa ragu ingin melepas.
Hanya, janji telah ranum, telah ditabur.
Mau apalagi kalau bukan menerima.
Rasa sempat bergejolak, namun... bara tak henti menyala.
Akhirnya, berpasrah dan merelakan.
Merelakan konflik batin menggerogoti.
Berpasrah menuruti rasa ragu.
Merelakan jalan bahagia yang tak tentu.
Kini, waktu tlah membersamai.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!