Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"The Midcareer" Sebuah Tantangan Bagi Usia 40+

30 Desember 2022   16:50 Diperbarui: 10 Januari 2023   12:38 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sukses berkarir (kompas.com)

Oleh karena itu pada masa pertengahan usia ini seseorang dituntut untuk mengkaji ulang struktur perjalanan hidupnya, termasuk pilihan dan perjalanan karirnya yang sudah ia jalani sejak usia 20an. Tujuan kita mengkaji ulang adalah untuk melihat kembali apakah kita sudah berjalan dalam jalur yang benar menuju pada impian/target/tujuan akhir kita atau justru semakin menjauh? Jika semakin jauh maka sekaranglah ada kesempatan untuk memilih merubah impian atau memilih memperbaiki jalannya untuk menuju impian semula.

Pada fase the midcareer ini ada dua hal yang biasanya menjadi persoalan utama untuk segera diputuskan solusinya, yaitu:

1. Adanya kesenjangan antara perkembangan karir dengan tanggungjawab yang diemban. Atau,

2. Ketidakmampuan menguasai  keahlian yang dibutuhkan oleh karir yang sedang diemban, apalagi dikaitkan dengan intervensi teknologi masa kini yang tidak bisa dihindari implementasinya.

Yang dimaksud pada poin pertama adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang bagus dan dapat diandalkan dalam mengemban jabatan atau karirnya, namun perjalanan karirnya mentok karena perusahaan tidak memiliki sistem pengembangan karir yang memadai. Alhasil ia tidak mendapatkan penghargaan yang sebanding dengan kemampuan dan tanggungjawabnya.

Pada kasus seperti ini pilihan terbaik adalah keluar dan mengembangkan diri di tempat lain, atau mengembangkan usaha baru yang lebih menjanjikan. Jika memutuskan bertahan, maka harus berdamai dengan diri sendiri agar tidak terbebani, berusaha tetap memberi kontribusi bukan dalam rangka mendapatkan promosi namun lebih kepada aktualisasi diri dan membangun orang lain.

Kemudian yang dimaksud pada poin kedua adalah seseorang yang pada perjalanan karirnya cukup bagus sampai suatu ketika pada posisi karir tertentu mentok juga, padahal perusahaan memiliki sistem pengembangan karir yang terbuka untuk kemajuan setiap karyawannya. Usut punya usut ternyata ia tidak mampu menguasai skill/ keahlian/ kompetensi yang menjadi tuntutan pada jabatan karir tersebut.

Untuk kasus seperti ini solusinya hanya dua. Pertama ubah mindset sendiri dari yang semula tidak memiliki motivasi untuk belajar menguasai keahlian tertentu menjadi mindset baru yaitu menjadi pribadi pembelajar. Pribadi pembelajar adalah pribadi yang selalu terbuka atas perubahan yang terjadi, termasuk tuntutan untuk belajar sesuatu dalam rangka meningkatkan kapasitas diri untuk memecahkan persoalan pekerjaan atau karir.

Pribadi pembelajar memiliki nilai/value "Belajar Sepanjang Hayat". Dengan memiliki mindset baru ini, seseorang akan lebih mudah dalam belajar menguasai skill atau keahlian baru termasuk penerapan teknologi masa kini terutama teknologi digital yang mau tidak mau harus diaplikasikan dalam rangka meningkatkan produktifitas organisasi atau perusahaan.

Contoh nyata untuk kasus pribadi pembelajar ini adalah kisah jatuh bangun usaha digital konten kreatif Pak Ndul si wong ndeso tani dari Madiun, dan kemampuan Andi F. Noya untuk terus mengembangkan keahliannya ketika tuntutan karir semakin tinggi di dunia jurnalistik yang ditekuninya sejak usia 20an tahun. Keduanya berhasil. Berhasil pada usia 44 dan 47 tahun.

Solusi kedua adalah dengan ikhlas lengser dari posisi karir tersebut lalu menjadi bagian dari tim support bagi pemegang jabatan yang baru. Tentu prosesnya  harus dilakukan dengan cara yang rapi, smooth dan elegan, demi kemajuan perusahaan dan kebaikan semua anggota. Jiwa besar untuk tetap saling menghargai dan memberi penghormatan baik kepada pemimpin atau anggota menjadi budaya penting yang harus dikedepankan pada situasi ini, bahkan bila keputusan yang diambil adalah resign sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun