Selain faktor perilaku yang melekat pada kepribadian karyawan ada hal lain yang cukup menarik untuk dicermati, yaitu bahwa pertumbuhan perusahaan akan dapat berjalan dengan baik ketika terjadi relationship yang baik antara pimpinan dengan anak buahnya, antara leader dengan follower-nya. Perusahaan akan dapat dikelola dengan baik manakala ada pemimpin-pemimpin yang terlibat aktif dalam manajemen perusahaan. Berhubungan dengan upaya peningkatan produktivitas dalam suatu perusahaan, salah satu faktor pendukung  terciptanya produktivitas tinggi adalah  peran pemimpin yang mampu menampilkan kualitas atau esensi kepemimpinannya manakala diperhadapkan dengan situasi dengan keragaman karakteristik dan kemampuan yang dimiliki anggota organisasi, namun masing-masing tetap dituntut untuk dapat berkontribusi secara optimal bagi organisasinya. Berbagai aspek tersebut terangkai dalam satu kesatuan  organisasi kerja dimana terdapat pimpinan dan anak buah atau karyawan. Dalam hal inilah diperlukan pola kepemimpinan yang akan mempersatukan pribadi-pribadi  yang terlibat didalam organisasi, dan memotivasi mereka  ke arah pencapaian tujuan organisasi.
Peran Kepemimpinan Transformasional
Salah satu gaya kepemimpinan yang saat ini populer adalah gaya kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional adalah suatu proses antara pemimpin dan pengikutnya  yang saling merangsang diri satu sama lain untuk penciptaan level yang tinggi dari moralitas dan motivasi yang dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi dari tiap individu. Gaya kepemimpinan semacam ini akan mampu membawa kesadaran para pengikut dengan memunculkan ide-ide produktif, hubungan yang sinergikal, tanggungjawab, kepedulian edukasional, cita-cita bersama, dan nilai-nilai moral.
Bernard M. Bass adalah ahli psikologi industri yang mengembangkan teori kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional. Dalam hal kepemimpinan transformasional ada hal menarik untuk diperhatikan lebih dalam yaitu bahwa melalui gaya kepemimpinan transformasional, pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan dari mereka.
Menurut Bass pemimpin mengubah dan memotivasi pengikut dengan cara membuat mereka menyadari pentingnya mencapai hasil tugas, melakukan persuasi agar mereka mementingkan kepentingan tim atau organisasi mereka dibanding dengan kepentingan pribadi, serta mengaktifkan kebutuhan mereka  yang lebih tinggi.
Komponen Kepemimpinan Transformsional
Sedangkan komponen atau aspek  yang terdapat pada  gaya Kepemimpinan Transformasional adalah:
- Attributed charisma.
- Inspirational leadership/motivational.
- Intellectual stimulation.
- Individualized consideration.
- Idealized influence.
Penjelasan singkatnya sebagai berikut:
- Attributed Charisma atau menunjukkan perilaku karismatik.
Perilaku pemimpin yang lebih mendahulukan kepentingan perusahaan dan kepentingan orang lain dari kepentingan sendiri. Pimpinan perusahaan yang bersedia memberikan pengorbanan untuk kepentingan perusahaan. Ia menimbulkan kesan pada bawahannya bahwa ia memiliki keahlian untuk melakukan tugas pekerjaannya, sehingga patut dihargai. Bawahan memiliki rasa bangga dan merasa tenang berada dekat dengan pemimpinnya. Pemimpin juga tenang menghadapi situasi yang kritikal dan yakin berhasil mengatasinya.
2. Inspirational leadership/motivational leadership atau memunculkan motivasi inspirasi.
Pemimpin mampu menimbulkan inspirasi pada bawahannya antara lain dengan menentukan standar-standar kualitas kerja yang tinggi, dan memberikan keyakinan bahwa tujuan tersebut dapat dicapai. Dengan inspirasi yang diberikan oleh pimpinannya maka bawahan bisa memberikan berbagai macam gagasan dan memiliki keyakinan untuk sukses dalam melakukan tugas pekerjaannya secara spesifik.
3. Intellectual Stimulation atau memberikan stimulasi intelektual.
Pimpinan mampu menimbulkan stimulasi kepada bawahan, sehingga bawahan merasa mendapatkan dorongan dari pimpinan untuk memikirkan kembali cara-cara kerja mereka, mencari cara-cara baru dalam melaksanakan tugas, dan mempersepsi tugas-tugas mereka dengan cara yang baru.
4. Individualized Consideration atau memperlakukan bawahan sebagai pribadi yang diperhatikan.
Pemimpin mampu bersikap sedemikian rupa sehingga bawahan merasa diperhatikan dan diperlakukan secara unik oleh pimpinannya. Pemimpin memperlakukan setiap bawahannya sebagai seorang pribadi dengan kecakapan, kebutuhan, dan keinginannya masing-masing. Pemimpin memberikan nasehat yang bermakna, memberi pelatihan yang diperlukan, dan bersedia memberikan pelatihan yang diperlukan dan bersedia mendengarkan pandangan dan keluhan mereka.
5. Idealized influence atau mempengaruhi cita-cita.
Pemimpin yang dengan ikhlas menempatkan dirinya sebagai teladan, memimpin dengan memberikan contoh, Â memperlihatkan keyakinan yang kuat pada cita-citanya dan nilai hidupnya. Melalui interaksi atau pembicaraan-pembicaraan yang terjadi ia mempengaruhi bawahannya dengan menekankan pentingnya nilai-nilai dan keyakinan, pentingnya ikatan pada keyakinan, perlu dimilikinya tekad untuk mencapai tujuan, perlu diperhatikan akibat-akibat moral dan etik dari keputusan yang diambil. Sehingga pada akhirnya bawahannya bisa memahami dan terinspirasi untuk melakukan hal tersebut secara sukarela.
Pola kepemimpinan ini telah diteliti pada karyawan bank berkategori bank peringkat tinggi, dan karyawan pada bank berkategori bank peringkat rendah, dimana para karyawan pada bank-bank dengan kategori bank peringkat tinggi mempersepsikan pemimpin mereka memiliki ciri-ciri pemimpin transformasional yang lebih jelas dan kuat.
Wasana kata
Berpijak pada uraian diatas maka kiranya layaklah bila diambil asumsi bahwa  jika Karyawan memiliki  Kepribadian Tipe A dan dipimpin oleh Pimpinan yang menggunakan Gaya Kepemimpinan Transformasional maka Produktivitas Kerjanya secara pribadi maupun secara kelompok  akan semakin meningkat lebih baik.
*****