Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tips Mengelola Penghasilan dengan Prinsip "Jirolupat"

26 Februari 2021   20:50 Diperbarui: 1 Maret 2021   04:46 2260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Metode jirolupat jadi salah satu cara sederhana mengelola penghasilan| Sumber: Shutterstock/Adhis Anggiany via Kompas.com

Sayangnya literasi keuangan tidak diajarkan secara terstruktur di sekolah maupun di rumah, kebanyakan orang belajar secara otodidak. Itu sebabnya sebagian masyarakat belum memiliki pemahaman yang benar untuk mengelola uang.

Metode Mengelola Penghasilan

Ada sebuah cara sederhana untuk mengelola keuangan kita khususnya mengelola penghasilan yang kita terima secara rutin di setiap bulan. Ini tidak terkait dengan besar-kecil gaji atau penghasilan, pada prinsipnya ini adalah masalah kedisiplinan mengelola penghasilan, berapapun besarnya penghasilan itu. 

Ilustrasi kaget membaca struk gaji (sumber: fimela.com)
Ilustrasi kaget membaca struk gaji (sumber: fimela.com)
Saya menamakannya metode "Jirolupat" kepanjangan dari "siji-loro-telu-papat" alias "1-2-3-4", angka ini mewakili proporsi 10%-20%-30%-40% yang selanjutnya dijadikan sebagai dasar untuk membagi penghasilan kita kedalam prosentase angka-angka tersebut. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

10% Penghasilan untuk Dana Sosial dan Keagamaan

Hidup kita tidak melulu masalah mencukupkan kebutuhan duniawi bukan? 

Ada hal-hal wajib dalam ajaran agama yang harus kita taati, misalnya membayarkan zakat bagi yang beragama Islam, bagi yang beragama Kristen ada persembahan persepuluhan, dalam agama Katholik ada persembahan atau kolekte mingguan secara sukarela, tentu dalam ajaran agama-agama lain ada juga kewajiban untuk melakukan kewajiban seperti derma, sumbangan, dan lain-lain. 

Alokasi 10% penghasilan ini juga bisa diperuntukkan membiayai kegiatan sosial seperti menyumbang ke Panti Asuhan, fakir miskin, atau siapapun yang perlu disantuni, tetapi bukan untuk kegiatan sosialita yang tidak ada aspek sosial-keagamaannya.

20% Penghasilan untuk Ditabung

Beberapa teori mengatakan bahwa usia manusia di kisaran 70-80 tahun, selebihnya akan banyak masalah fisik dan kesehatan, walaupun ada juga satu dua orang yang memiliki usia 90-100 tahun dan tetap sehat secara fisik. 

Bila usia manusia kita asumsikan 80 tahun maka secara periode waktu bisa dibagi menjadi:

  • 0-20 tahun adalah usia tidak produktif, pada masa ini yang dikerjakan adalah bermain dan belajar, belum menghasilkan pendapatan.
  • 20-40 tahun adalah usia produktif pertama, di mana orang mampu berkarya secara maksimal dan mulai memiliki penghasilan.
  • 40-60 tahun adalah usia produktif kedua, puncak pencapaian seseorang dalam hal karya maupun pencapaian kepemilikan.
  • 60-80 tahun adalah usia tidak produktif, dalam arti sudah memasuki masa pensiun. Masih bisa berkarya namun ada keterbatasan.

Menyadari bahwa kita akan memasuki masa tidak produktif maka penting sekali menabung sedari dini, tentu sedari kita memiliki penghasilan. 

Menabung harus memiliki tujuan untuk investasi jangka panjang termasuk menyiapkan dana pensiun secara mandiri, sekalipun misalnya dari perusahaan sudah ada. 

Dan juga bertujuan untuk proteksi atau perlindungan atas dana tersebut, agar tidak habis karena faktor risiko sakit yang membutuhkan biaya banyak, atau kejadian-kejadian fatal yang tidak diinginkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun