Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cahaya Kebahagiaan di Dalam Berbagi

31 Desember 2020   22:36 Diperbarui: 31 Desember 2020   22:38 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cahaya kebahagiaan yang sesungguhnya mulai menyala ketika seseorang menemukan kebahagiaan dalam membahagiakan orang lain. Lama Zopa Rinpoche

Ini adalah hari terakhir di tahun 2020, beberapa jam lagi memasuki 2021. Semua orang tentu mengharapkan kebahagiaanlah yang akan melingkupi sepanjang tahun baru. Sebenarnya apa yang bisa membuat kita bahagia? Uang tentu menjadi hal istimewa, uang yang banyak akan membuat kita mudah membeli semua barang yang kita inginkan, kemanapun ingin pelesiran tidak ada kendala, dengan uang banyak hal menjadi mudah didapatkan.

Apakah benar uang, harta, dan kekayaan benar-benar membuat bahagia? Menurut saya tidak. Didalam memiliki banyak harta kekayaan ada juga kekuatiran kehilangan. Semakin banyak harta, semakin banyak resikonya juga, semakin besar pula kuatirnya. Apalagi jika kita hanya berorientasi mengejar dan mengumpulkan materi dalam hidup ini, akan ada sesuatu yang kosong didalam hati ini. Sebab sejatinya manusia diciptakan tidak untuk sendiri, tetapi untuk hidup bersama, sehingga membuat dunia menjadi indah. Sekumpulan pribadi yang berbeda-beda mencoba saling melengkapi untuk menciptakan harmoni. Melengkapi dengan cara memberi kepada yang berkekurangan. Prinsipnya: yang berkelebihan mengalirkan kelebihannya kepada yang berkekurangan sehinga terjadi keseimbangan.

Sejatinya didalam memberi sedang terjadi proses imbal-balik. Ada orang yang berkelebihan harta sebagai berkah dari kerja kerasnya yang penuh semangat, sepenuh waktu, fokus dan konsentrasi. Saking fokusnya sampai-sampai lupa ada bagian kosong dalam hatinya yang terlupakan yaitu kemanusiaan. Kemanusiaan yang bisa diisi dengan menjalin relasi dengan orang lain. Maka ketika ia memberi kepada orang yang berkekurangan saat itulah ia mendapatkan kepuasaan hati dari dia yang diberi. Ajaib bukan, memberi namun juga menerima. Ibarat melempar bola tenis ke dinding, ia akan memantul kembali kepada yang melempar. Atau seperti berteriak di tepi tebing maka sedetik kemudian gaungnya akan menggema kembali kepada kita. Itulah keindahan, didalam memberi kita menerima juga. Hati yang kosong dan haus diisi dengan kebahagiaan didalam memberi.

Menyadari ini saya teringat sekali waktu mengajak anak perempuan saya untuk belajar memberi, supaya menyadari bahwa hati harus diisi dengan seimbang. Bukan hanya mencari, mendapatkan, mengumpulkan, namun perlu juga memberi. Panti Asuhan Bhakti Luhur yang cukup dekat dengan rumah kami adalah tempat yang tepat untuk berbagi kebahagiaan dengan memberi dan menyantuni.

Di sana banyak anak-anak seusia putri saya yang masih kelas empat SD, tentu kesamaan usia akan memberikan pengalaman batin kepada putri saya yang selama ini senantiasa berkecukupan hidup dalam keluarga yang lengkap, sangat kontras dengan kondisi mereka. Limas belas kilogram beras dalam satu karung kecil dan sebuah amplop putih berisi beberapa lembar uang ratusan ribu menjadi keihklasan kami untuk berbagi kepada mereka. Sejenak bertemu dengan pengurus panti untuk menyampaikan maksud hati kami lalu mengisi buku tamu dan menyerahkan santunan kami dengan tulus.

Setelah itu kami menyempatkan sejenak bermain di taman kecil di samping barat asrama, bersama dengan anak-anak panti yang sudah rapi setelah mandi sore dan menunggu saatnya makan malam bersama didampingi para pengasuh. Ada sedikit rasa canggung diawal pada diri putri saya, namun setelah melihat saya mencoba akrab dengan mereka maka rasa canggung pelan-pelan hilang. Dalam perjalanan pulang saya merasakan perubahan pada putri saya, ia nampak bahagia dalam diam termenungnya. Rasa syukur mengalir dalam hati ini, sebab ia mengerti bahwa banyak hal harus disyukuri dan dibagikan kepada orang lain, sebab pemberian Illahi sejatinya bagi semua orang. Dan semua orang selayaknya menjadi saluran berkat bagi sesamanya.

Berbagi, memberi, menyantuni adalah hal yang semestinya menjadi bagian dari kehidupan kemanusiaan kita. Semakin sering kita melakukannya, semakin banyak kita menaburkannya maka kebaikan akan memenuhi dunia ini  seperti air mengalir memuaskan tanah kering yang haus dilimpahi dengan dirus hujan dari langit. Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak juga. Orang yang murah hatinya akan semakin berbahagia, karena ia  akan beroleh kemurahan pula tepat pada waktunya. Inilah hukum keseimbangan alam.

Belum lama ini kami juga bersyukur mendapat kesempatan berbagi kebahagiaan kembali. Menyadari bahwa pandemi belum akan selesai sampai akhir tahun 2020 ini, kami terpaksa bersepakat untuk tidak mudik. Dalam hal ini mudik ke rumah mertua, orang tua dari istri saya. Dengan santun saya meminta istri memberitahu kepada orang tua bahwa kami tidak bisa pulang walau perjalanan hanya sekitar 4-5 jam, semua demi keamanan, kesehatan, dan keselamatan semua anggota keluarga besar. Memang secara usia kedua orang tua kami sudah sepuh, karena papa mertua sudah berusia 78 tahun dan mama mertua 68 tahun, tentu kami harus sangat berhati-hati dalam masa pandemi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun