Mohon tunggu...
Lanjar Triyono
Lanjar Triyono Mohon Tunggu... Mahasiswa - menulis adalah tempat aspirasi hasil pengetahuan penulis dengan imajinasinya.

Calon Pemimpin masa Depan jalan Allah (Optimis)

Selanjutnya

Tutup

Diary

Buah Simalakama: Tragedi 2 Oktober

2 Oktober 2022   15:45 Diperbarui: 2 Oktober 2022   16:14 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
buah simalakama ; tragedi 2 oktober (Koleksi pribadi diolah dari canva)

Selamat hari batik Nasional, Minggu (02/10/2022). Aku menelusuri rasa ketakutan bersama sahabat dari Sulawesi Selatan, Enrekang (Bento Kopi/Nologaten). Tepat pukul 12.00 WIB, sadar bahwa hidup itu simpel. Namun, simpel itu yang membuat diriku bertanya-tanya ? Ada apa dengan diriku, aku bertanya kepada sahabatku seraya memakan french fries/ketang goreng (membuka jendela cinta). Aku cerita tepat dengan banyaknya masalah di kepala ini yang hampir saja gagar otak.

Kenapa bertanya


Curhat dong mah, iya dong (apa), sudah seperti mamah dede sahabatku ini. Aku berusaha untuk tidak seperti, wanita yang sedang di putuskan atau di tinggal nikah. Karena ada jiwa yang terus dijaga dan dirawat. Maka cerita ini mulaiku kerucutkan dengan masalah yang ada bukan berarti yang mengada-ada. Dengan adanya tampungan itu sedikit demi sedikitku tuangkan di secangkir teh gelas (sambil bercanda tapi serius) sahabatku. Kalau temanmu ini sedang gundah akan masalahnya.


Dia mempersilahkan diriku untuk menceritakan tragedi apa yang ada. Dan aku buat sesederhana mungkin salah satunya adalah sikap sosial yang ada di sekelilingku. Aku merasa di hantui oleh ucapan mereka dan masalah itu secara tidak sadar menanam benih permasalahan di dalam otakku. Aku harus bagaimana sahabat ? Dan di jawabnya : "kalau masalahmu seperti itu saja, waktu dulu saya juga pernah memiliki masalah super nakal di waktu silam dan aku ceritakan kepada malaikat (ibu)". Karena masalahmu ya, masalahmu. Bagaimana itu bisa terjadi, itu masalah mu yang kamu buat-buat untuk menjadi pohon permasalahan.


Aku merasa pesimis dengan awalan kata 'iya' untuk tetap menuangkan masalah ku di cangkir teh gelasnya. Oke, secara profesional aku bercerita sedikit dengannya siapa sih yang tidak punya masalah dan siapa yang harus menyelesaikan masalah tersebut?. Jika di lihat negara yang adidaya yang begitu hebat dan banyak jurnalisme yang handal dan banyak aktivis kampus tapi apa? (kataku di dalam hati tersembunyi). Tetap saja punya masalah dan tidak mereka selesaikan toh. Dengan alasan dunia ini sulit untuk di pegang karena sistem informasi yang cepat.


Adu tonjok


Sempat aku membantah tidak seseorang yang memiliki masalah tersebut bisa ia atasi dengan sendirinya. Ilusi, "korek api saja yang masuk di dalam gelas berair saja dia tidak bisa menyala, tanpa bantuan korek api lainnya". Sudah jelas masalah itu butuh pendamping yang profesional sama panasnya untuk bisa membakar pohon masalah tersebut. Akan tetapi, itu belum aku dapatkan. Selalu aku cerita aku yang dapat buah simalakama-nya. Tragedi ini bukan tragedi "Sambo raja eksekutor". Ini adalah HAM berat yang ku alami di muka publik.


Secara tidak sadar jika aku utarakan ke denah peta pejuangan. Maka itu berbalik arah dengan realita yang fana. Aku berusaha untuk menguraikan dengan sendiri seperti apa sih yang ada dalam tragedi 2 oktober tersebut, di antara lainnya :

1. Di mata yang benar jika perbuatan itu secara "tidak sengaja" salah, maka itu salah di mata semua orang dan mengjust secara tidak manusiawi.

2.Ucapan itu bulshit jika tidak di utarakan dengan sebuah kepastian. Berdampak kepada pesimis kepercayaan.

3.Dinamika sosial saat ini berada dalam teori marxisme strata sosial ada di dalam kekuasaan ekonomi.

4.Pembunuhan berantai tidak perlu membunuh secara fisik tapi bisa secara psychological, seolah-olah dirinya yang bersalah.

5.Terutama psike/psikis seseorang yang lemah akan murtad dengan dalih mencari kebenaran/pertolongan.

6.Manusia pada sewaktu saat dia akan haus darah akan saudaranya dengan mencari sebuah kekuatan dan kekebalan sosial.


Sudut Illahi

Sholat dulu bro (ucap sahabat). Aku mulai bergegas sholat untuk menepati janji ibadahku supaya tidak murtad. Setelah itu, aku memulai sejarah baru tragedi 2 oktober dimana manusia sudah tidak waras akan keadilan, kemanusian, kepedulian dan pemersatu bangsa. Mereka egois termasuk diri ini yang selalu berharap dengan tragedi ini bisa selesai dengan sendirinya. Tidak, Tuhan (Allah) yang maha kuasa dan maha kasih sayang jaga hati para hati yang luka dan terluka ini untuk kau jaga kewarasannya. Secara tidak sadar mereka sudah terhasut oleh ucapan syetan/iblis dalam dirinya.

Jelas jika pintu surga milik yang sholeh dan sholeha, maka yang terlanjur bersalah "dia" tidak layak untuk masuk surga mu (agama yang benar). Tolong restui tobatnya yang selalu salah dalam ketidak sadarnya. Sadar atau tidak sadar manusia selalu sulit untuk mengontrol dirinya kedalam bahasa arab  "fii khoir". Tetapi tidak semua manusia akan terjerumus dengan jurang negatif. Pernah terucap bawah manusia tersebut memiliki unsur jiwa ketuhanan, kenabian, kehewanan, dan kesyaitanan atau dajjal.

Cinta Tuhan lebih sempurna di bandingkan hambanya kepada hambanya yang lainnya. Demikian bunyi sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan Imam Tirmidzi : "Wahai manusia, sekiranya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa seisi bumi kemudian kamu bertemu Aku dengan dalam kedaan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu apa pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan membawa ampunan seisi bumi pula". Sumber Republika.co.id

Walaupun cintaku tidak sempurna Tuhanku. Karena sanad ku sudah tertanam di dalam lantunan malaikat ku (ibu) yang membesarkanku. Karena serbuk cinta saja tidak hanya ada di kotagede. Tapi ada di masjid jogokarian yang selalu aku kagumi dari ribuan manusia. Takjub akan kehumanismenya terhadap manusia dan dakwah yang harus terus di dukung (sponsor).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun