Mohon tunggu...
Dilano Machiatto
Dilano Machiatto Mohon Tunggu... Menyukai hal-hal yang baru

Iam a teacher, designer and researcher

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Intellectual Trap, Ketika Professor Budi Kehilangan "Budi"

5 Mei 2022   00:44 Diperbarui: 5 Mei 2022   00:56 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber; twitter.com
sumber; twitter.com

Nampaknya tulisan kontroversial prof Budi pada status FBnya beberapa waktu lalu berangkat dari premis di atas. Premis yang mempertentangkan antara agama dengan sains. Bahwa orang yang sering mengucapkan kalimat-kalimat InsyaAllah, Barakallah, Syiar dan Qodarullah dan sebagainya serta orang yang menutup kepalanya seperti manusia gurun (baca; berjilbab) merupakan ciri orang yang tidak open minded terhadap perkembangan zaman dan sains. 

Jelas sekali anggapan tersebut cacat logika, dan sangat aneh jika statemen tersebut keluar dari guru besar ilmu teknik yang seharusnya berfikir logis. Kenyataan saat ini membuktikan bahwa tidak ada kaitannya antara kecenderungan seseorang untuk mengikuti ajaran agama (menutup aurat) dengan menurunnya prestasi dia.

Penulis melihat apa yang terjadi pada Prof Budi merupakan fenomena "Intellectual Trap" atau jebakan intelektual. Dimana seseorang yang merasa berada dipuncak "kepintarannya" tergelincir jatuh dan melakukan hal-hal yang "bodoh". 

David Robson dalam bukunya "Intellegence Trap; Why Smart People Make Stupid Mistakes..." menceritakan bahwa awalnya ia mengira semakin pintar seseorang secara akademis maka semakin ia bisa berfikir dengan baik. Namun, semenjak menjadi jurnalis sains, pakar psikologi dan ahli neurosains ia berpendapat, " I noticed the latest research was revealing some serious problems with these assumptions. Not only do general intelligence and academic education fail to protect us from various cognitive errors; smart people may be even more vulnerable to certain kinds of foolish thinking." Pada intinya, makin pintar seseorang ternyata semakin mungkin ia terjatuh pada kesalahan-kesalahan yang bodoh.

Sumber; Doc pribadi
Sumber; Doc pribadi

Kesalahan-kesalahan yang dimaksud oleh David Robson bukanlah kesalahan yang dilakukan tanpa sadar atau sengaja. Namun kesalahan yang diciptakan oleh konstruksi berfikir yang salah, utamanya karna tidak bisa memilah dan memilih informasi yang berseliweran di era post truth seperti saat ini. Dari postingan-postingan yang pernah ditulis oleh Prof Budi dapat dipastikan beliau merupakan "korban" dari polarisasi cebong-kadrun yang terjadi di media sosial. 

Hal tersebut dibuktikan dari pilihan kata "manusia gurun" yang ia pakai untuk menggambarkan manusia yang tidak menerima perkembangan zaman. Senada dengan sebutan "Kadal Gurun" yang dilontarkan oleh para buzzer saat menggambarkan kelompok yang berseberangan dengan pemerintah yang dinilainya kolot, jumud dan tidak menghargai perbedaan.

Intellectual Trap, menurut David Robson tidak hanya membuat para kaum intelektual tersebut tergelincir melakukan hal-hal bodoh saja, namun juga berusaha untuk menjustifikasi kesalahan tersebut dengan argumentasi-argumentasi yang justru membuat mereka semakin terlihat bodoh. 

"Intelligent and educated people are less likely to learn from their mistakes, for  instance, or take advice from others. And when they do err, they are better able to build elaborate arguments to justify their reasoning, meaning that they become  more and more dogmatic in their views. Worse still, they appear to have a bigger  'bias blind spot', meaning they are less able to recognise the holes in their logic." 

Hal ini juga terjadi pada Prof Budi pada saat dimintai klarifikasinya oleh salah satu media online lokal di Kalimantan Timur. Alih-alih mengakui kesalahannya, beliau malah justru berkelit dengan alasan yang tidak logis, berikut cuplikannya;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun