Mohon tunggu...
Teacher Adjat
Teacher Adjat Mohon Tunggu... Guru - Menyukai hal-hal yang baru

Iam a teacher, designer and researcher

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru "Ribut" dan Bagaimana seharusnya Pendidikan Seksual diajarkan pada Anak Sekolah

26 Maret 2022   14:19 Diperbarui: 26 Maret 2022   14:49 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber; www.tvone.com

Seorang guru honorer asal Lumajang Jawa Timur tiba-tiba saja menjadi bahan pembicaraan baru-baru ini. Hal itu terjadi setelah video tik tok di akun pribadinya viral. Video berdurasi sekitar 2 menit 20 detik tersebut berisi suasana kelas dimana sang guru sedang berdialog dengan murid-muridnya sembari mengoreksi hasil ulangan para murid tersebut. Pada saat membahas salah satu soal, guru yang akrab dipanggil Pak Ribut tersebut sedikit menjelaskan tentang kaum sodom dan perangai yang menyimpang.

"Kamu tau ndak kaum sodom itu kaum apa?" tanya pak ribut dihadapan murid-muridnya. April murid perempuan yang juga ketua kelas tersebut coba menjawab, "nyang anu pak, itu lho laki-laki sama laki-laki,... sukanya" ucap April dalam logat jawa yang kental. "Nah...iya kaum sodom, laki-laki suka sama laki-laki..".."Kalo perempuan suka sama perempuan namanya les.....?." tanya pak Ribut melanjutkan. Serentak para siswa menjawab dengan apa yang diketahuinya, hampir tidak ada yang benar. Lalu pak Ribut kembali menjelaskan, "Kalo perempuan suka sama perempuan namanya lesbi." Ucapnya tegas.

Demikianlah sedikit cuplikan dialog antara pak guru Ribut dengan siswa-siswinya yang akhirnya viral di media sosial. Beliau memang gemar merekam kegiatannya pada saat mengajar lalu menguploadnya ke media sosial tik tok miliknya. Sebagian besar videonya berisi keseharian pak Ribut saat mengajar. Banyak netizen yang mengapresiasi cara mengajar pak Ribut yang humoris dan sangat sederhana. Sementara itu, selain sebagai guru honorer, pak Ribut juga ternyata memiliki usaha penyewaan baju tari sekaligus juga sebagai pengajar tarinya.

Tak lama setelah video mengajarnya viral, pro dan kontrapun terjadi di kalangan netizen. Khususnya dalam hal menyikapi cara pak Ribut menerangkan tentang penyimpangan seksual di depan anak-anak kelas 2 sekolah dasar. Kadisdik Lumajang pun berencana memanggil Pak Ribut untuk dilakukan pembinaan terhadapnya. Sementara itu menurut wakil KPAI, Rita Pranawati sebenarnya tidak ada yang salah dengan cara mengajar pak Ribut yang terlihat akrab dengan para siswanya, hanya saja seharusnya jika guru ingin menjelaskan tentang pengetahuan reproduksi sebaiknya para siswa-siswi di kondisikan secara lebih tertib sehingga pesan yang disampaikan bisa ditangkap secara utuh untuk menghindari kemungkinan siswa mencari tahu sendiri melalui internet.

Dari apa yang dialami oleh pak guru Ribut dengan video viralnya, sebagai orang yang berprofesi sama, penulis pun mencoba menyikapinya secara lebih proporsional. Menurut hemat penulis, apa yang dilakukan oleh pak Ribut tidak sepenuhnya salah, hanya saja kurang tepat. Jika merujuk pada psikologi perkembangan, usia 7-8 tahun (kelas 2 SD) belum bisa menyerap dan mengolah terma-terma seperti homo atau lesbi secara jelas. Apalagi jika anak-anak tersebut belum dikenalkan tentang pendidikan seksual sebelumnya. Yang dikhawatirkan justru mereka akan mencari tahu sendiri maksud dari istilah-istilah tersebut baik dengan cara bertanya kepada teman, orangtua atau bahkan searching di internet. Lalu bagaimanakah seharusnya pendidikan seksual diajarkan pada anak usia dini di sekolah dan bagaimana Islam mengaturnya?

Islam sebagai agama yang komprehensif telah menetapkan rambu-rambu mengenai pendidikan seksual pada anak sesuai dengan tahapan perkembangannya.

 Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam karyanya, "Tarbiyatul Awlad" mendefinisikan pendidikan seksual sebagai upaya memberikan pengajaran, bimbingan dan penyadaran serta mengupas tentang permasalahan seksual kepada anak, supaya anak memiliki dasar ilmu tentang kehidupan sehingga menjadi manusia yang mengetahui halal-haram, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan seksual, antara lain; a). Anak didik dapat memahami persoalan hidup, mengetahui mana yang halal dan mana yang haram sehingga berperilaku sesuai dengan tuntutan syariat. b). Mereka tidak mengikuti kehendak syahwat (hawa nafsu) dan tidak menempuh jalan yang sesat (zina).

Apa yang dilakukan oleh Pak Ribut meskipun tidak salah namun kurang tepat karna tidak memperhatikan tahapan-tahapan perkembangan anak dalam rangka memberikan pemahaman tentang penyimpangan seksual. Tahapan-tahapan "Tarbiyatul Jinsiyyah" atau pendidikan seksual sendiri telah diajarkan oleh Rasulullah Saw melalui hadist-hadistnya. Ketika berbicara tentang pendidikan seksual, Islam tidak pernah mengawalinya dengan membahas penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada kaum Nabi Luth.

Rasulullah Saw mengajarkan kepada umatnya tahapan pendidikan seksual kepada anak yaitu yang pertama; memberikan pemahaman terlebih dahulu akan hakikat identitas dirinya, bahwa Allah menciptakan manusia dalam dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Apa saja yang perbedaan antara laki-laki dan perempuan menurut Islam, batasan-batasan auratnya serta fitrah yang melekat pada keduanya bahwa laki-laki itu harus maskulin dan perempuan harus feminim. Sebagaimana sabda Nabi Saw;

Artinya: "Dari Ibn Abbas, dari Rasulullah saw: Sesungguhnya beliau melaknat wanita yang menyerupai laki- laki dan melaknat laki-laki yang
menyerupai wanita". (HR: Bukhari, Abu Dawud)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun