Mohon tunggu...
Langit Muda
Langit Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kompasiana, memberi kesempatan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Tidak Semua Diberikan di Bulan Ini

17 Mei 2021   19:47 Diperbarui: 17 Mei 2021   19:54 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Hari-hari di sekitar Lebaran adalah saat orang-orang menjadi sangat pemurah. Sangat mudah mengeluarkan uang. Untuk keperluan apapun, dari konsumtif, hingga karitatif. Momen krusial yang sebenarnya bisa dioptimalkan oleh mereka yang ingin berhutang dan yang ingin menagih hutang ... he he ..

Titik klimaksnya memang pada saat sholat Id. Bisa dilihat pada saat sholat Id, terutama yang berlangsung di lapangan, begitu banyak para pemburu sedekah, yang setia menanti, sejak dari awal jamaah datang, hingga sajadah terakhir dilipat. Kalau di hari biasa lembaran dua ribuan begitu kuat menempel di dompet, maka saat Lebaran, lembaran puluhan ribu pun bisa begitu mudah melayang.

Mengapa orang bisa menjadi begitu pemurah saat itu? Ada dua hal penyebabnya:

  • Sedang pegang duit banyak, entah itu bonus, THR, amplopan, dst.
  • Motivasi untuk memperoleh pahala yang berlipat ganda

Banyak juga orang yang menjadikan bulan puasa sebagai patokan untuk mengeluarkan zakat harta. Sedekah kepada fakir miskin, anak yatim, dan kerabat yang memerlukannya, juga kerap sengaja dikeluarkan pada bulan puasa.

Misalkan saja, keluarga kami setiap bulan puasa memberikan semacam "THR" kepada sejumlah orang yang memiliki jasa kepada keluarga kami baik di masa lalu maupun di masa sekarang. Ada orang-orang yang dititipi untuk ikut mengawasi kebon keluarga kami, karena kami di kota lain tidak mungkin mengawasinya langsung. Ada ART yang sewaktu kami kecil ikut menjaga kami dengan penuh kasih, meski hanya beberapa tahun di masa kecil saja, tetapi kami hingga kini memberinya semacam "THR Pensiunan". Ada ART yang setia mengabdi pada kakek nenek berpuluh tahun, dan meski sekarang kakek-nenek sudah meninggal, kami tetap memberinya "THR Pensiunan".

Ada di antara kerabat yang tergolong janda dengan ekonomi cenderung pas-pasan. Ada yang hidup sendiri tanpa anak. Ada yang malah harus merawat anaknya yang menderita penyakit kronis. Ada yang anaknya tergolong difabel.

Saya mengamati, ortu mentransfer kepada mereka tidak dengan patokan bulan-bulan tertentu, atau patokan jangka waktu tertentu. Jumlah yang diberikan juga tidak tetap, bisa naik turun. Saya tanyakan kepada ortu mengapa seolah ortu melakukannya secara acak. Ternyata ada tujuannya, salah satunya agar jangan sampai terbentuk mental "njagake", bahwa pada suatu bulan bakalan akan ada transfer dengan jumlah yang sudah pasti. Jangan sampai terbentuk semacam sikap mental "taken for granted". Di mana pemberian dari kita dianggap suatu keharusan, dan kalau kita berhenti memberi bakalan dimusuhi.

Hanya khusus bulan puasa transfer sedekah tersebut pasti dilakukan. Itupun jumlahnya  juga tidak lebih besar dari bulan lainnya. Lho mengapa demikian? Bukankah saat bulan puasa pahalanya berlipat ganda?

Berikut sejumlah pertimbangan dari ortu:

  • Saat bulan puasa, kemungkinan banyak kerabat menjadi lebih pemurah sehingga uang yang diterimanya menjadi banyak
  • Mendadak memegang uang dalam jumlah besar, kadang membuat orang menjadi terlena. Orang bisa menjadi boros, menghabiskan uang untuk hal-hal yang bukan tergolong prioritas.
  • Tidak semuanya diberikan di bulan ini, agar tidak semuanya dihabiskan di bulan ini
  • Orang tidak hidup hanya di bulan ini saja, orang juga masih perlu bertahan hidup di bulan-bulan lainnya.

Karena itulah tidak semuanya diberikan di bulan puasa. Sebagian sengaja ditahan untuk diberikan pada bulan-bulan lainnya, yang kemungkinan nanti ia akan mengalami masa "paceklik". Nah, di saat itulah uang dalam jumlah yang jauh lebih kecil ketimbang yang diperolehnya pada saat lebaran pun, bisa menjadi bernilai sangat signifikan.

Sebenarnya prinsip ini bisa dijalankan untuk banyak hal yang bersifat pemberian. Mungkin sepintas seperti terlihat menahan pemberian. Tetapi yang sebenarnya adalah kita melihat juga jangka ke depan. Tentu saja bagaimana kita melakukannya juga bergantung pada karakter orang tersebut. Mungkin pada orang yang kita kenal betul memiliki karakter hidup hemat, sederhana, terampil mengelola keuangan, dan tidak gengsian, kita bisa saja mempercayakan pemberian dalam jumlah besar. Kata "gengsi" ini perlu digarisbawahi, karena gengsi ini ongkosnya besar. Jangan pernah percayakan uang dalam jumlah besar kepada orang yang gengsian.

Bersedekah itu baik. Dan akan lebih baik lagi bila dijalankan dengan kebijaksanaan.

WYATB GBU ASAP

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun