Terkadang aroma bau topping tersebut, mengingatkan kita akan cita rasa khas dari kampung halaman. Tak terasa mata sedikit berkaca-kaca bukan karena uap air masakan. Sementara dari salah satu kamar kost terdengar lantunan lagu dari Dewa19, "Semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya. Menahan rasa ingin jumpa. Percayalah padaku aku pun rindu kamu, ku akan pulang ..."
Kita mengaku sedang lapar perut, padahal sesungguhnya dahaga kampung halaman. Hiks.. hiks.. pada nggak bisa pulang ya tahun ini gara-gara dilarang mudik ... Ya sudah bikin mie instan saja buat tombo kangen .... Mengaduk mie instan selaras dengan perasaan yang teraduk-aduk. Hati boleh ambyar, tapi mie instan jangan dibiarkan ambyar .. uhuy ....
Jaman dulu belum ada game online, belum kenal Netflix. Kita juga tidak bisa menghangatkan tubuh di sauna seperti di drakor, ya kalau mau menghangatkan tubuh ya berjemur lah ..... asoy mbokdhe ... Â Mengaduk mie instan adalah sarana me-time yang cukup instan. Setiap adukannya merontokkan sebuah kepenatan. Setiap hirupan nafas pada bau masakan mie instan seolah membawa kesegaran baru. Lho, kok jadi mirip iklan yak?
Membikin mie instan saat kost lagi sepi, sedang pada pulang kampung, sementara kita ndak bisa pulang. Awalnya terasa enjoy menghayati me-time, lalu kerasa sedih, lama-lama kok jadi spooky ... Ihhh ... serasa sejak tadi ada yang mengamati .. hiii .. Sudahlah ndak apa, asal yang tercium masih bau mie bikinan pabrik .. Lho, ndak ada yang bikin mie instan rasa bunga kamboja kan ... Â Weih .. ada yang mau mengubah me-time jadi we-time ... ogah ... ahh .... Jurig is prohibited ..
"Mas, udahan bikin mie instannya? Kalau diaduk kelamaan nanti kisut ..." Ah ... ternyata ada juga yang tega mengusik insan yang lagi asyik me-time. Iya sih, kita memang mesti sadar, panci dan kompor di kost yang berfungsi sosial. Bukan cuma kita sendiri yang butuh mie instan. Anak kost yang lain juga butuh me-time.
Baiklah para sedulur, apa sebenarnya yang sedang panjenengan renungkan saat mengaduk mie instan?
WYATB GBU ASAP.