Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Mie-Time adalah Me-Time bagi Anak Kost

4 April 2021   08:46 Diperbarui: 4 April 2021   08:47 1058 18
Memasak mie instan di malam hari bukanlah pekerjaan yang menjadi sebuah beban, tetapi merupakan semacam katarsis untuk tetap menjaga kewarasan. Begitulah kira-kira arti memasak mie-instan bagi anak kost, sebagai sebuah refreshing setelah kepadatan aktivitas kampus.

Jadi untuk menghibur diri tak harus dengan dugem atau menghabiskan koin di timezone. Ya maklum mahasiswa kelas proletar, mana ada duit buat dugem, lha wong nonton film bioskop saja pilih di bioskop kampus yang murah meriah, penuh dengan suara gedoran meja kala film macet, yang sialnya atau untungnya, hal itu sering kejadian. Betapa besar jasa meja-meja tersebut menjadi katup pengaman bagi para jones yang butuh pelampiasan.

Memasak mie instan bisa melupakan sebentar kepenatan atau mungkin juga kejengkelan yang sempat ditemui pada hari itu. Mungkin saja kala pagi sudah mencoba bangun lebih awal dan berangkat pagi-pagi sekali, tetapi terpaksa telat juga, gara-gara angkot yang betah banget ngetem bagaikan menunggu datangnya hari kiamat, padahal dosen yang mengajar terkenal galak, begitu masuk kelas pintu langsung dikunci, tiada maaf bagi yang terlambat.

Mungkin juga ada yang paginya bangun dengan mata masih sangat mengantuk, karena semalaman mengerjakan tugas pendahuluan sebelum praktikum. Dinihari pun masih beredar di luar sambil menggotong-nggotong mesin tik, untuk berburu "master" yang mampu memberi jawaban. Sialnya, di ruang praktikum, tes pendahuluan masih dikerjain oleh asisten lab hingga hampir gagal praktikum. Di sejumlah jurusan, sosok asisten praktikum bisa lebih mengerikan ketimbang dosen.

Ada yang mungkin sudah berhari-hari mengerjakan tugas, tapi tetap saja kelewat deadline, sehingga pengumpulan tugas di TU sudah ditutup, dan mesti "beranjangsana" ke rumah asisten dosen untuk mengumpulkan tugas. Ke sana kemari mencari info di mana rumah/kost asisten tersebut, apalagi jaman dulu belum ada WA dan shareloc, sering nyasar.

Ada yang pagi-pagi bangun, kebingungan mencari tas tabungnya ada di mana. Padahal tersimpan harta berharga, kertas kalkir yang sudah dikerjakan berminggu-minggu. Jebul buat mainan kucing sampai nggelundung ke WC. Rupanya sang kucing mbludus sewaktu si pemilik kamar sedang ngudud di luar.

Bermacam 'drama' dan 'sinetron' lebur menjadi satu dalam adukan mie di dalam panci. Mengaduk mie dalam putaran-putaran meditatif bagaikan tarian sufi Jalaluddin Rumi. Sendok yang dipegang bagaikan perantara untuk mengembalikan lagi keseimbangan Yin & Yang. Gimana, paragraf ini sudah keren belum ... hihihi ....

Ada juga yang mungkin sudah berhari-hari harap-harap cemas menanti kiriman wesel, sementara tunggakan kost ditagih terus. Waktu itu mengirim uang belum semudah sekarang. Ada yang menjadikan alamat jurusan di kampus sebagai alamat wesel pos. Ada yang harus meminjam KTP Bapak Kost untuk mencairkan wesel di kantor pos. Mengaduk mie instan serasa membawa kita ke twilight zone.

Saat memutar sendok di panci itu serasa sudah menjadi Taichi Master dengan theme-song-nya terngiang-ngiang di telinga. Tapi jangan kelamaan larut dalam suasana tersebut, kita nggak bakalan jadi Jet Li, sementara mie nya bakalan gosong ....  Eh ngomong-ngomong pada mengaduk mie instant-nya searah jarum jam atau berlawanan arah?

Kalau orang membikin pizza ada toppping-nya, jangan lupakan topping saat membikin mie instan. Toppingnya bukanlah pepperoni, keju, sosis, atau jamur. Topping yang sangat personal dan customized. Bisa berupa abon sapi atau abon ayam yang dibawa dari kampung. Bisa berupa kering tempe atau kering kentang. Bisa berupa serundeng. Generasi milenial masih tahu kan yang namanya serundeng?

Terkadang aroma bau topping tersebut, mengingatkan kita akan cita rasa khas dari kampung halaman. Tak terasa mata sedikit berkaca-kaca bukan karena uap air masakan. Sementara dari salah satu kamar kost terdengar lantunan lagu dari Dewa19, "Semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya. Menahan rasa ingin jumpa. Percayalah padaku aku pun rindu kamu, ku akan pulang ..."

Kita mengaku sedang lapar perut, padahal sesungguhnya dahaga kampung halaman. Hiks.. hiks.. pada nggak bisa pulang ya tahun ini gara-gara dilarang mudik ... Ya sudah bikin mie instan saja buat tombo kangen .... Mengaduk mie instan selaras dengan perasaan yang teraduk-aduk. Hati boleh ambyar, tapi mie instan jangan dibiarkan ambyar .. uhuy ....

Jaman dulu belum ada game online, belum kenal Netflix. Kita juga tidak bisa menghangatkan tubuh di sauna seperti di drakor, ya kalau mau menghangatkan tubuh ya berjemur lah ..... asoy mbokdhe ...  Mengaduk mie instan adalah sarana me-time yang cukup instan. Setiap adukannya merontokkan sebuah kepenatan. Setiap hirupan nafas pada bau masakan mie instan seolah membawa kesegaran baru. Lho, kok jadi mirip iklan yak?

Membikin mie instan saat kost lagi sepi, sedang pada pulang kampung, sementara kita ndak bisa pulang. Awalnya terasa enjoy menghayati me-time, lalu kerasa sedih, lama-lama kok jadi spooky ... Ihhh ... serasa sejak tadi ada yang mengamati .. hiii .. Sudahlah ndak apa, asal yang tercium masih bau mie bikinan pabrik .. Lho, ndak ada yang bikin mie instan rasa bunga kamboja kan ...  Weih .. ada yang mau mengubah me-time jadi we-time ... ogah ... ahh .... Jurig is prohibited ..

"Mas, udahan bikin mie instannya? Kalau diaduk kelamaan nanti kisut ..." Ah ... ternyata ada juga yang tega mengusik insan yang lagi asyik me-time. Iya sih, kita memang mesti sadar, panci dan kompor di kost yang berfungsi sosial. Bukan cuma kita sendiri yang butuh mie instan. Anak kost yang lain juga butuh me-time.

Baiklah para sedulur, apa sebenarnya yang sedang panjenengan renungkan saat mengaduk mie instan?

WYATB GBU ASAP.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun