Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menyesal Baru Mengenal Bumiputera

17 Oktober 2016   22:53 Diperbarui: 17 Oktober 2016   23:00 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahagia menuju sekolah. Dokumen pribadi

Kutatap anak cikalku Lalaki Langit yang sedang terlelap. Kegiatan seharian sebagai anak laki-laki aktif menyebabkannya kelelahan dan langsung masuk dunia mimpi.

Kuusap rambutnya. Melihat tubuhnya kini rasanya tak percaya kalau dia sudah besar. Bayangan masa bayinya masih terekam jelas.

Kuhela nafas sesaat sambil terus menatapnya. 

Langit kini duduk di kelas 2 SD. Perjalanannya menuju menyelesaikan pendidikan masih panjang. Sebagai orang tua kami tentu saja berharap ia akan mendapatkan masa depan yang lebih baik dari kami.


Langit mengenyam pendidikan di sekolah full day. Berangkat pukul 7 pagi dan tiba di rumah pukul 3 sore. Sengaja kupilihkan sekolah yang terbilang elit di sini. Dengan fasilitas yang lengkap, pengajar profesional dan kurikulum tambahan ilmu agama.

Pemilihan sekolah itu menyebabkan kami harus merogoh kantong lebih dalam. Namun demi mendapatkan pendidikan dasar yang mumpuni kami beranikan diri tepatnya nekad untuk memasukkanya ke sekolah itu.
Meski tabungan kami sampai habis dikuras untuk biaya masuk sekolah tersebut, namun kami masih harus mencari pinjaman untuk menutupi kekurangannya. Sungguh di luar prediksi kami bahwa kisaran biayanya melewati anggaran kami.

Meski bangga akhirnya Langit bisa melenggang ke sekolah yang berkualitas, namun tetap saja terasa sesak dada begitu proses pembayaran selesai.

Sebetulnya dari dia lahir kami sudah melakukan proses menabung. Namun karena menabung yang tidak dipaksakan alias sukarela maka selain besarannya tidak sama, kedisiplinananyapun jauh dibawah rata-rata, sedihnya lagi beberapa kali harus diambil atas dasar ada kebutuhan mendadak.

Asuransi belum terbayang oleh kami saat itu. Memang untuk masyarakat menengah ke bawah seperti kami, cicilan panci dan motor masih lebih populer dibanding membayar premium asuransi. Sepertihalnya yang lain kami masih berpikir bagaimana nanti dibandingkan nanti bagaimana.

Andai saja kami sudah mengenal asuransi Bumiputera, tentu kami akan memilihnya. Bagaimana tidak, salah satu produk mereka yaitu Mitra Beasiswa milik Bumiputera bisa menjadi pilihan bagi kami yang tidak berbakat menabung.

Mitra Beasiswa disediakan dalam mata uang rupiah dan merupakan program yang menjamin pembiayaan anak sepenuhnya. Mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun