Entahlah apa saya jenis emak-emak yang lebay,atau memang semua emak merasakan hal yang sama. Pelajaran daring yang sudah nyaris setahun dijalani memang menyiksa.
Sekolah anak saya terbilang siap dalam menyediakan pembelajaran daring. Dari mulai sesekali zoom untuk belajar langsung,atau pembagian video. Video yang dibuatnya pun cukup keren dan berkualitas.
Nah,untuk anak saya yang nomor dua tentu dia cocok dengan yang ada animasi atau minimal back ground warna-warni. Maklum dia baru saja duduk di kelas 1 SD.
Mestinya kini dia getol-getolnya diajari  membaca dan menulis di kelas. Akhirnya tugas itu terpaksa saya ambil alih. Bergantian dengan bapaknya,kami bahu membahu mengajari bocah kelas 1 itu.
Sebenarnya pada saat menyimak pelajaran, kondisi belajar relatif aman terkendali. Mereka enjoy menikmati video pembelajaran . Masalah akan mulai terjadi ketika ada tugas.
Untuk saya sendiri seringkali harus sesak mendadak kalau si anak kelas 1 itu diberi tugas menulis begitu  banyak.Â
Kalau belajar menulis sih ga masalah karena memang sudah waktunya. Tapi untuk mengisi soal uraian itu yang membuat saya bawaannya emosi jiwa.
Sudah dibantu mikirpun anak belum tentu langsung mau menuliskan di buku,lah kalau kalimatnya panjang,dia akan mengeluh pegal.Â
Jadi sebenarnya kegaduhan dalam belajar daring itu muncul ketika tugas diberikan. Kalau satu pelajaran oke,kadang semua pelajaran memberi tugas semua.Â
Bukan cuma urusan menerangkan materi,tapi membuat suasana kondusif laksana di kelas itulah yang sering imajinatif.
Alangkah bijaknya jika tugas yang diberikan janganlah menjadi keharusan. Berkoordinasilah dengan pelajaran hari ini ,agar tahu guru lain memberikan tugas atau tidak.
Karena kalau kepepet-kepepet banget tugas masih banyak sementara deadline pengumpulan sudah menari-nari, bisa dipastikan emak bapaknya turun tangan dan mengambil alih tugas sekolah.
Cucian piring atau gorengan telor dihempaskan demi membereskan tugas.Â
Bukannya tak suka dengan tugas yang diberikan namun jumlah soal atau halaman yang harus diselesaikan mohon jadi pertimbangan mengingat keterbatasan orang tua dalam mengajar diantara kesibukan mengurus rumah tangga.
Semenjak pembelajaran,memang rumah jadi sering bergetar karena teriakan, drama sering terjadi antara emak dan anak, dan itu terjadi saat pengerjaan tugas sekolah.
 "Semoga kita bisa melalui ini semua nak. Maaf kan emak yang tak bisa bersabar menemani belajar"
Ucap saya malam ini saat melihat puteri saya tertidur lelap . Ada perasaan bersalah yanh menyeruak di sanubari . Tuuuhkan lebay..wk wk wk