Penempatan bayi bisa diakali karena digendong emaknya. Nah yang satu bocah dipaksakan nyempil di tengah. Satu lagi Teteh,anak saya yang kedua menerima pasrah terduduk ditumpukkan barang.Â
Saya membawa tiga kantung besar berisi baju dan perlengkapan untuk 3 anak. Begitupun kakak ipar saya yang juga membawa bekal banyak meskipun hanya satu anak. Mungkin hanya mertua saya yang irit membawa satu tas masing-masing tapinya.
Sudahlah orang berlebihan sedikit,eh barang yang dibawa banyak juga. Maklum sebagai orang kota dan kakak tertua ibu mertua ingin berbagi kue dalam kaleng untuk adik-adiknya. Akhirnya bungkusan kue dalam kaleng di sempil sana-sini diantara kaki. Sudahlah duduk tak nyaman,posisi kakipun tak jelas rimba.
Perjalanan Dimulai
Perjalananpun dimulai. Belum apa-apa ada pengajuan kunjungan dari ibu mertua ke rumah adik lelakinya dengan alasan sambil lewat. Pengajuan in langsung ditolak semua. Selain akan kesorean,juga kunjungan bisa dipindah sepulang mudik saja.
Untuk menuju Sumedang dari Rancaekek kami biasa melewati jalur alternatif Jl.Parakan muncang. Â Melewati jalan tersebut kami akan keluar di jalur simpang yang sudah lewat daerah Tanjumg sari.
Suasana jalan relatif lancar. Pemudik sudah sedikit,yang arah balik juga belum ramai. Rencana sampai tujuan di saat magrib tak tercapai. Maghrib kami masih dalam setengah perjalanan.
Ada saja tantangan,gangguan dan hambatan. Bapak mertua yang kondisinya sedang tak prima karena semalam kurang tidur tak kuasa menahan mual. Meskipun sudah ditreatment sedemikian rupa oleh Ibu dengan mengoles ini itu,akhirnya nasibnya berakhir di kantung keresek. Muntah dengan brutal dengan suara yang membuat semua terbayang-bayang penampakkan muntah.
Ah,untung saja para pemabuk latah (pemabuk yang suka ikut pengen muntah kalau lihat yang muntah) Â sudah membekali diri denngan ear phone agar yang terdengar musik bukan suara yang pemuntah.
Berburu Tahu