Saat menuliskan nama ini, Â saya tersenyum. Â Dia sahabat lama saya di masa bangku SMA yang susah tidur kalau di rumah, namun bisa mendengkur pulas jika di gunung. Maklum hobinya mendaki gunung.
Dia yang senyumnya manis dengan tahi lalat di bawah bibir dimana suara miliknya imut-imut sehingga bikin gemas yang mendengar dan melihat.
Dia yang kalau digoda teman maka akan mengeluarkan cubitan mautnya bikin meringis.
Suatu kali sepulangnya dari pendakian gunung dia pernah memberikan saya bunga edelweis. Saya jadi tahu seperti apa bunga itu. Hingga sekarang masih saya simpan.
Si petualang ini memilih menjadi Ibu rumah tangga kini. Dilepaskannya semua ego untuk berkarir demi kelangsungan masa depan kedua puterinya.
Meski kami sudah lama tak berjumpa, namun pertemuan Kami diwakili oleh paket cireng banyur yang akan dihantarkan lewat JNE.
Ya, saya memang berjualan cireng banyur D'kongres. Dan pengiriman cireng banyur ini telah sampai pada sahabat SMA saya.
![Pesanan siap kirim. Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/05/img-20181205-124613-jpg-5c07ab03bde5754e721ee4e2.jpg?t=o&v=770)
![JNE Rancaekek. Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/05/img-20181205-172446-jpg-5c07ab6b12ae94130f397e94.jpg?t=o&v=770)
Sekali dua kali pesan ternyata lidah saya cocok, lalu saya membeli banyak pada teman saya itu untuk dijual lagi. Pikir saya, kalau makanan itu enak maka pasti banyak peminatnya.
Untuk beberapa saat teman saya memasok cireng banyur tersebut. Seminggu sekali saya pesan sekitar 50 bungkus.
Namun karena teman saya berpindah haluan menjadi bisnis pakaian, sayapun memberanikan diri mencari sumber lain.
Cireng banyur D'kongress ini diproduksi di kota garut. Saya belum pernah sih mengintip langsung kesana. Ternyata untuk memesan setiap daerah punya perwakilannya.
![Tangkapan layar google map.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/05/img-20181205-123825-jpg-5c07abd7c112fe62975531a7.jpg?t=o&v=770)
Cara berdagang saya adalah sebagai berikut. Pertama saya posting cireng banyur D'Kongres tersebut lewat akun facebook saya. Kemampuan menulis saya lumayanlah bisa menggoda mereka.
![Cara beriklan cireng banyur. Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/05/img-20181205-124729-jpg-5c07ac27aeebe12ccd389c17.jpg?t=o&v=770)
Nah untuk mengundang pemesanan berikutnya biasanya saya ceritakan setiap personal yang sudah pesan sebagai testimoni. Testimoni saya sering mengundang pembeli berikutnya.
Karena banyak juga rekan saya yang tergoda tinggal di lain kota, maka sayapun membutuhkan bantuan JNE sebagai layanan penghantar barang. Selain letaknya tak jauh dari rumah sehingga mudah untuk dijangkau, harganya juga bersahabat.
Karena JNE maka kegurihan rasa dari cireng banyur D 'Kongres ini sampai di lidah para konsumen . Dan ternyata lewat cireng banyur ini saya terwakili untuk menjumpai Utari, sobat masa SMA.Â
Cireng yang notabene merupakan kuliner tatar pasundan melalanglang buana dengam bantuan JNE.
Jika kita membuat sendiri, maka sebenarnya susah loh. Salah membuat adonan akan membuat kerenyahan cireng berubah. Saya sering tuh gagal bikin cireng. Kalau tak terlalu lembek, ya terlalu keras. Atau luarnya matang, tapi dalamnya basah.
Cireng banyur ini dikemas menggunakan dus berwarna kuning dan merah. Isi dusnya cireng, bumbu, cabe kering dan jeruk.
![Cireng banyur. Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/05/img-20181205-124712-jpg-5c07ac7612ae94709445be87.jpg?t=o&v=770)
Ada rupiah yang masuk ke kantong saya karenanya, sementara untuk produsen Cireng Banyur D'Kongres sendiri pengantaran profesional sekelas JNE membantu mereka untuk menaikkan omset. Potensi kuliner yang menjanjikan.Â
Cireng yang semula hanya makanan murahan kini naik kelas. Kemampuan D'Kongres dalam meramu cireng dan bumbunya menjadi daya tarik konsumen.
![Instagram cireng banyur D'0 Kongres](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/05/img-20181205-125039-jpg-5c07acb512ae9413793f9bd5.jpg?t=o&v=770)